JAKARTA - Rumah Sakit (RS) Abdi Waluyo menjadi RS pertama yang memakai dan memasang CT scan Naeotom Alpha pertama di Asia Tenggara, yang akan mengoptimalisasi jalur diagnostik dan pengobatan untuk pasien di Indonesia.
"Kami sangat senang menjadi rumah sakit pertama di Asia Tenggara yang memiliki Naeotom Alpha. Dengan teknologi yang revolusioner ini, kami akan menyaksikan kehebatan inovasi untuk mengubah segala kemungkinan menjadi kenyataan, serta membentuk masa depan layanan kesehatan di Indonesia," kata Direktur RS Abdi Waluyo dr Prasetyo Andriono dalam keterangan di Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu 27 Mei.
Naeotom Alpha adalah photon-counting CT pertama di dunia yang dikembangkan oleh Siemens Healthineers.
Naeotom Alpha merupakan sistem pencitraan medis revolusioner yang menawarkan gambar beresolusi tinggi dengan menggunakan dosis radiasi yang minimum, memberikan informasi spektral disetiap pindaian, dan meningkatkan kontras dengan tingkat noise (gangguan) yang rendah.
"Teknologi mutakhir ini akan membantu kami dalam memberikan perawatan tertinggi pada pasien, memampukan kami mendeteksi dan mendiagnosa penyakit lebih dini dan dengan akurasi yang jauh lebih tinggi," katanya.
Pemasangan Naeotom Alpha merupakan pencapaian penting dalam pencitraan medis secara global, dan juga di Indonesia.
Implikasi dari inovasi Siemens Healthineers ini akan menjangkau pasien dan dokter secara luas dan dapat membawa perubahan besar pada kinerja pencitraan CT scan.
Hal ini meningkatkan nilai klinis guna tercapainya diagnosa yang cepat dan andal dengan cara meningkatkan kualitas gambar, di mana hal ini dapat meningkatkan akurasi dan kepastian bagi dokter dan pasien.
Naeotom Alpha merupakan sebuah lompatan besar yang mendefinisikan ulang seberapa tinggi resolusi yang dapat digunakan dalam pencitraan CT scan. Ini merupakan perubahan besar dalam perbandingan dosis dan kualitas gambar; menawarkan tingkat detail yang tidak pernah ada sebelumnya, namun dengan dosis tetap seminimal mungkin.
Ditambahkannya, Naeotom Alpha menggunakan kristal telluride kadmium dalam detektor CT-nya yang mengubah foton sinar-X secara langsung menjadi sinyal listrik, tanpa terlebih dahulu mengubahnya menjadi cahaya seperti yang dilakukan pada pencitraan CT konvensional.
Hal ini akan mengatasi hilangnya informasi dari detektor pengintegrasian energi standar yang digunakan dalam sistem CT konvensional, dan menghasilkan gambar yang lebih tajam, jelas, dan rinci tanpa memerlukan dosis radiasi yang lebih tinggi.
Spesialis Radiologi di RS Abdi Waluyo, dr Sahat Matondang, Sp.Rad(K) menyatakan sebagai spesialis radiologi, ia selalu mengupayakan diagnosis yang akurat dan presisi.
BACA JUGA:
"Kemampuan photon counting CT untuk mendeteksi perubahan pada kepadatan dan komposisi jaringan yang halus dapat membantu kami tidak hanya dalam menemukan penyakit tetapi juga mencirikan penyakitnya," katanya.
Ia menambahkan dengan mendeteksi dan mengukur energi masing-masing foton, photon-counting CT memberikan hasil dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tidak tertandingi CT scan pada umumnya.
Sedangkan Country Head of Siemens Healthineers Indonesia, Alfred Fahringer menyatakan pihaknya sangat bangga karena bisa menyediakan dan memasang Naeotom Alpha di RS Abdi Waluyo.
"Ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk menyediakan akses ke teknologi medis terbaru. Dengan kualitas gambar yang luar biasa, dosis radiasi yang rendah serta fitur yang canggih, Naeotom Alpha siap untuk merevolusi pencitraan CT dan meningkatkan hasil pemeriksaan bagi pasien," katanya.
Ia berharap dapat bermitra dengan lebih banyak lagi penyedia layanan kesehatan di Indonesia untuk menghadirkan teknologi inovatif ini kepada pasien yang membutuhkan.