Bagikan:

JAKARTA - Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah mengatasi maraknya virus Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang menyerang ternak babi. Sebab, virus ini cukup membuat khawatir, khususnya bagi masyarakat yang biasa mengkonsumsi daging babi sehari-harinya.

"Jangan buat masyarakat ikut ‘demam’ karena masalah ini. Sekarang masyarakat jadi serba susah. Daging sapi mahal, harga telur dan daging ayam naik, ditambah daging babi sulit karena virus. Masyarakat mau makan apa?” keluh Anggota Komisi IV DPR, Daniel Johan, Rabu 24 Mei.

Kasus Demam Babi Afrika ini menjadi heboh saat virus ditemukan di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau. Pasalnya, Pulau Bulan menjadi satu-satunya wilayah yang mengirimkan babi hidup ke luar Indonesia.

Virus tersebut lantas menyebar di beberapa wilayah di Kepulauan Riau, Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat, hingga sejumlah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Kemunculan virus Demam Babi Afrika dilaporkan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WHO) pada awal Mei lalu.

Meski belum ditemukan kasus penularan kepada manusia, virus ini diketahui memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi. Virus tersebut dapat menyebabkan kematian hingga 100 persen pada komunitas ternak yang terjangkiti.

Komisi IV DPR yang membidangi urusan pertanian/perternakan dan perdagangan pun meminta Pemerintah menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya dari virus ASF. Daniel menyebut, jaminan keamanan dari Pemerintah penting untuk meredakan kekhawatiran masyarakat.

“Pemerintah harus bisa menjelaskan secara mendetail bahwa penyakit ini tidak menular kepada manusia agar tidak menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat. Gencarkan sosialisasi dan edukasi demi keamanan masyarakat,” tuturnya.

“Edukasi mengenai ciri-ciri hewan terpapar virus tersebut dan bagaimana penanganan hewan yang terpapar virus, terutama kepada peternak juga sangat penting sehingga mereka dapat mengantisipasinya dan penanggulangan bisa dilakukan secara efektif,” imbuh Daniel.

Legislator dari Dapil Kalimantan Barat tersebut juga menekankan pentingnya vaksin bagi hewan ternak babi sebagai langkah antisipasi penyebaran virus. Daniel juga meminta Pemerintah memberikan vitamin untuk babi kepada para peternak.

“Apalagi penyebaran virus yang sudah cukup masif ini sudah menyebabkan ekspor daging babi dari Indonesia menurun. Masyarakat yang sudah susah, jangan dibuat susah lagi karena kurangnya penanggulangan permasalahan kesehatan pada hewan ternak,” ucapnya.

Akibat temuan virus Demam Babi Afrika di Indonesia, nilai ekspor babi Indonesia ke beberapa negara seperti Singapura dilaporkan mengalami penurunan hingga lebih dari 50%.

“Sebagai salah satu komoditi yang mendongkrak devisa negara, Pemerintah harus memiliki solusi penanggulangannya. Baik dari pencegahan penyebaran, penanganan terhadap hewan yang sakit, dan antisipasi terhadap virus lainnya,” tegas Daniel.

Di sisi lain, Komisi IV DPR mengingatkan pelaku industri dan peternak untuk tidak menjual hewan babi yang terinfeksi Demam Babi Afrika. Daniel menegaskan, pengawasan harus dilakukan dengan ketat.

“Jangan sampai ditemukan adanya hewan yang terjangkit virus dijual di pasaran. Random check harus terus dilakukan di peternakan maupun di tempat-tempat yang menjual daging babi,” ujarnya.

Kepada masyarakat yang biasa mengkonsumsi babi, Daniel mengimbau untuk selalu waspada saat membeli daging. Jika daging bagi dijual murah atau jauh dari harga normal, masyarakat diminta untuk menaruh kecurigaan.

“Dan pastikan saat mengelola daging harus dimasak secara matang sempurna,” sebut Daniel.

Untuk menghindari munculnya berbagai penyakit, Pemerintah juga diminta memperbaiki tata kelola kesehatan bagi hewan ternak agar terhindar daro berbagai penyakit. Mengingat, kata Daniel, daging babi menjadi salah satu olahan yang banyak dikonsumsi masyarakat di beberapa daerah tertentu.

“Bagi kelompok masyarakat tertentu dan di daerah-daerah tertentu, daging bagi adalah sumber protein yang menjadi malanan sehari-hari. Jadi masalah virus ini harus diatasi secara serius,” ungkapnya.

Daniel meminta Pemerintah bekerja sama dengan stakeholder terkakit untuk terus melakukan edukasi kepada peternak mengenai kesehatan hewan ternak. Mulai dari urusan pakan, vaksin dan vitamin yang konsisten diberikan, serta kebersihan kandang hewan ternak.

Lebih lanjut, Daniel berpesan kepada seluruh peternak di Indonesia agar mengawasi penyebaran virus ASF bersama-sama. Dengan kerja sama seluruh pihak, ia meyakini berbagai persoalan yang muncul dapat ditanggulangi dengan baik.

“Tidak perlu panik, tapi mari kita hadapi persoalan ini bersama-sama. Dengan kolaborasi yang erat antara masyarakat, Pemerintah, DPR serta seluruh elemen bangsa lainnya, pasti akan ada solusi dari setiap permasalahan,” tutup Daniel.