Dinkes Sulsel Tangani 6 KLB Pertusis Atau Batuk Seratus Hari
ILUSTRASI UNSPLASH

Bagikan:

MAKASSAR  - Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan tengah menangani enam kasus KLB (Kejadian Luar Biasa) pertusis dengan masing-masing 4 kasus di Kabupaten Bulukumba dan 2 kasus di Kabupaten Luwu.

Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Rosmini Pandin menyebut kasus KLB pada sejumlah wilayah terjadi lantaran pasien tidak diimunisasi atau imunisasi lengkap tidak terpenuhi. Sementara pertusis ini bisa dicegah dengan vaksinasi atau imunisasi.

"Mudah-mudahan itu bisa jadi pemicu untuk dilakukan imunisasi kejar ke sejumlah daerah yang capaiannya masih rendah sembari melakukan penelusuran anak-anak kita yang belum diimunisasi," ujarnya dilansir ANTARA, Rabu, 10 Mei.

Sebelumnya, sebanyak 19 anak dicurigai (suspek) pertusis (batuk rejan) atau disebut batuk seratus hari, terdiri dari 16 orang di Kabupaten Bulukumba dan 3 orang di Luwu.

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau PD3I seperti polio, hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus. Adanya kasus dari penyakit tersebut telah dapat dikategorikan KLB (Kejadian Luar Biasa).

Rosmini menyebut, saat ini pihaknya bersama Dinkes daerah tengah melakukan penanganan secara tuntas agar KLB tidak lagi terjadi.

Pasalnya, selain menangani pasien positif KLB portusis, juga dilakukan tracing atau penelusuran oleh Tim Gerak Cepat (TGC) terhadap pihak-pihak yang kontak erat dengan pasien.

"Jadi penanganan itu dilakukan telusur oleh TGC, kemudian dilaporkan dan dilakukan lagi vaksinasi di sekitarnya, ada SOP nya, mereka ditangani hingga tuntas," ujarnya.

Kendati pertusis disebabkan infeksi saluran pernapasan dan bersifat sangat menular, namun pihak Kementerian Kesehatan belum menyiapkan penanganan kontak erat pasien portusis, seperti ketersediaan obat portusis.

"Padahal penularannya cepat, dan untuk menuntaskan penanganannya, kita harus tracing pada kerabat dan teman-teman korban agar KLB ini tidak terjadi kembali. Sebab jika melihat riwayat KLB pertusis, selalu saja terjadi di daerah itu," ujar Sitti Hidayah selaku Kasi Suveilans dan Imunisasi Dinkes Sulsel menambahkan.

Maka, selain pemerintah pusat, Dinkes Sulsel mengharapkan Dinkes daerah ikut kooperatif dalam merencanakan pengadaan obat sebagai upaya waspada yang mengacu pada data temuan KLB di masing-masing daerahnya di tahun sebelumnya.

Data Dinkes Sulsel menunjukkan kasus pertusis di Sulsel pada 2022 sebanyak 6 orang dari suspek sebanyak 22 orang. Adapun 6 orang ini tersebar di Maros 2 orang, Bulukumba 1 orang dan Luwu 3 orang.

"Berdasarkan riwayat kasus pertusis, kita yakin kasus sekarang masih imbas dari tahun sebelumnya, karena penanganannya memang yang tidak lengkap," ujarnya.

Terkait penanganan kontak erat pasien pertusis, Dinkes Sulsel telah mengajukan permintaan obat profilaksis dalam bentuk sirup dan tablet.

"Kini mulai dianggarkan dan obatnya sudah ada, jadi siap dibagi meski obatnya terbatas," kata dia.