Bagikan:

SUDAN - Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Kurnia Nur Khadijah (23) mengaku sempat ditanya paspor oleh tentara militer di Sudan. Hal itu ia alami saat mencoba menuju titik lokasi aman dari konflik peperangan di Sudan. Diceritakan Kurnia, saat itu situasi sedang kondusif dan ia memilih pergi dari lokasi zona merah dalam peperangan.

Dalam perjalanan, ia berjalan secara diam-diam untuk menuju titik lebih aman. Namun, saat di tengah perjalanan ia berpapasan dengan militer Sudan.

“Sempet ketemu militernya, itu ditodong segala macam. Ya kita pasrah aja. Kamu mau apa? Angkat tangan,” kata Kurnia saat ditemui di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat, 28 April.

“Tapi (militer itu) cuma nanya paspor ‘bener enggak kamu WNA?’ Terus ngeliat HP (handphone), HP-nya di cek? ‘Bener engga foto kita?’ Kayak gitu-gitu sih,” sambungnya.

Kurnia menilai perang militer dengan paramiliter itu sebenarnya tidak menyerang Warga Negara Asing (WNA) di Sudan. Namun, karena zona yang ia tempati saat itu merupakan lokasi berbahaya, maka dari itu berpindah-pindah.

“Alhamdulillah mereka sebenarnya tidak nyerang WNA dan sipil juga. Selama kita tidak berbuat macam-macam, ya kita aman. (Tapi) dentuman senjata tiap hari depan kanan belakang, terdengar semua. Tiba-tiba kita diarahin untuk evakuasi pindah ke aula, semuanya di situ,” ucapnya.

Ditambahkan, Dedi Ansori (39), ia melihat banyak sipil yang tewas. Namun, rata-rata mereka warga Negara Sudan.

Sementara WNI banyak yang tinggal di rumah, sehingga tidak terkena peluru nyasar dari perang saudara tersebut.

“Kalau kita di sana, penjarahan itu belum, setelah warga asing keluar, baru (militer) RSF dan SAF ini mulai melakukan penjarahan. Kalau peluru nyasar itu rata-rata orang Sudan. Banyak, ada kurang lebih sampai 700 orang. Kalau orang Indonesia rata-rata tinggal di rumah, jadi tidak ada yang tertembak,” ucapnya.