JAKARTA - Dedi Ansori (39), Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Sudan mengaku dirinya nyaris terkena peluru nyasar saat perang berlangsung.
“Biasanya jam 4 sampai jam 5 peperangan berhenti, sebelum buka puasa. Tapi kadang peluru-peluru itu bisa nyasar, bahkan saya pernah hampir kena lah di atas (kepala saya),” kata Dedi saat ditemui di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat, 28 April.
Walau demikian Dedi mengaku bersyukur tidak ada warga Indonesia yang mengalami luka. Ia mengungkapkan bila rata-rata yang tewas itu adalah warga Sudan sendiri.
“Kalau peluru nyasar itu rata-rata (korbannya) orang Sudan. Warga Sudan walau pun sedang perang dia nonton. Banyak, ada kurang lebih sampai ratusan, kalau orang Indonesia rata-rata tinggal di rumah, jadi tidak ada yang tertembak,” ucapnya.
Sudan diguncang perang saudara antara militer (SAF) pimpinan Jenderal Abdel Fattah Al Burhan dan kelompok milisi Pasukan Pendukung Gerak Cepat (RSF) pimpinan Jenderal Hamdan Dagalo sejak 15 April 2023.
Mereka sudah bertahun-tahun bersaing memperebutkan kekuasaan di Sudan. Karena sebab itu, Dedi mengaku sulit mendapatkan makanan saat peperangan terjadi.
"Kondisi konsumsi itu agak sulit. Biasanya makan tiga kali ini jadi berkurang, terus juga makan indomie terus," katanya.
BACA JUGA:
Hingga hari ini, Jumat 28 April ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Sudan berhasil dievakuasi dan tiba di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, pukul 8.24 WIB.
Para WNI datang menggunakan bus yang baru dijemput dari Bandara Soekarno Hatta, Kota Tangerang. Sebanyak 13 bus dengan kurang lebih 385 WNI itu tiba di Asrama Haji, Jakarta Timur.
Mereka naik bus transjakarta berwarna oranye, kemudian diturunkan di depan Gedung Serbaguna-3 (Gedung SG3).
Ada laki-laki yang tampak membawa koper serta tas dan wanita menggendong anaknya yang masih bayi. Mereka langsung masuk ke gedung itu.
"Silakan didata dulu, sarapan dulu," ujar salah seorang petugas, yang berada di depan pintu gedung.