Bagikan:

JAKARTA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritisi perlombaan negara-negara kaya untuk mengamankan jutaan dosis vaksin COVOD-19.

Di hadapan Dewan Eksekutif WHO Ia mengatakan, lebih dari 39 juta dosis vaksi telah diberikan di 'sekurangnya' 49 negara berpenghasilan tinggi. Dan, hanya 25 dosis yang diberikan di satu negara 'berpenghasilan rendah'.

"Bukan 25 juta, bukan 25 ribu, hanya 25. Saya harus terus terang, dunia berada di ambang bencana kegagalan moral. Harga dari kegagalan ini akan dibayar dengan nyawa dan mata pencaharian di negara-negara termiskin di dunia," katanya tanpa menyebut negara mana yang dimaksud, melansir euronews.

Meskipun pemerintah harus memprioritaskan vaksinasi pekerja kesehatan dan orang lanjut usia, lanjutnya, tidak benar jika orang dewasa yang lebih muda dan sehat di negara kaya divaksinasi sebelum petugas kesehatan dan orang tua di negara miskin.

Lebih jauh ia menuturkan, dunia perlu menghindari kesalahan yang dibuat dalam pandemi HIV dan H1N1, dengan menyatakan bahwa beberapa negara dan perusahaan telah memprioritaskan 'kesepakatan bilateral' yang menaikkan harga.

Ia pun mengatakan, perusahaan farmasi telah memprioritaskan persetujuan dengan negara kaya, terkait vaksin yang dimilikinya, dibanding menyerahkan berkas (pengembangan vaksin) kepada WHO. Meski, WHO sendiri memiliki COVAX WHO.

"Program COVAX WHO dikembangkan untuk membantu mendistribusikan vaksin ke negara-negara miskin, mengamankan dua miliar dosis dari lima produsen," ungkapnya. 

Ditambahkan olehnya, keberhasilan pengembangan vaksin hanya setahun setelah pandemi yang sudah menewaskan dua juta orang di seluruh dunia, merupakan pencapaian ilmiah yang menakjubkan dan harapan untuk masa depan.