JAKARTA - Kebijakan kuncitara nasional pemerintah Belanda menimbulkan polemik. Ribuan masyarakat berunjuk rasa menolak kebijakan ini. Ujungnya, ricuh.
Para pengunjuk rasa di Amsterdam merasa kebijakan kuncitara merugikan mereka. Mereka berkumpul di alun-alun depan galeri seni, Rijksmuseum dan Museum Van Gogh.
Dilansir Reuters, Senin, 18 Januari, para pengunjuk rasa melengkapi diri dengan poster-poster berisi pesan kebebasan, seperti, "Kebebasan: hentikan kuncitara ini." Mereka juga meneriakkan kata: Apa yang kita inginkan? Kebebasan!
Para pengunjuk rasa hadir tanpa mengenakan masker. Mereka juga terang-terangan melanggar aturan jaga jarak fisik. Otoritas keamanan pun mengambil langkah membubarkan kerumuman tersebut.
Serious protest against the epidemic lie of globalists. Public protests started in Amsterdam. The Dutch are protesting the fake epidemic.#Corona #Covid-19 #Trump #Patriots #Obamagate #Fakepandemic pic.twitter.com/YjaNYIR9kn
— Corona Yalanı (@CoronaYalan) January 17, 2021
Pembubaran direspons dengan perlawanan. Ricuh tak terhindarkan. Pengunjuk rasa juga melempar kembang api ke arah polisi yang berjaga.
Polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan massa. Dari kericuhan itu polisi mengamankan seratus orang yang diduga memancing kericuhan.
BACA JUGA:
Sebelumnya, pemerintah Belanda telah menutup sekolah dan sebagian besar toko pada Desember lalu. Upaya yang dilakukan adalah bagian untuk menurunkan tingkat penularan COVID-19. Hal itu sedikit berbeda dengan awal pandemi COVID-19 masuk Belanda.
Empunya kebijakan tampak enggan menggelorakan kuncitara nasional dibanding negara-negara tetangga. Akan tetapi, sejak hadirnya gelombang kedua COVID-19 dengan meningkatnya pasien virus dari Wuhan di rumah sakit lokal, pemerintah terpaksa memberlakukan kuncitara nasional.