JAKARTA - Sekawanan domba yang sedang merumput membantu para arkeolog melestarikan reruntuhan Kota Kuno Pompeii, Italia, kota Romawi yang terkubur di bawah tumpukan batu apung dan abu akibat letusan dahsyat Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi.
Para arkeolog hanya menemukan sekitar dua pertiga dari situs seluas 66 hektare (163 acre) di Pompeii sejak penggalian dimulai 250 tahun yang lalu.
Melestarikan bagian kota kuno yang belum dijelajahi dari erosi oleh alam dan waktu adalah prioritas bagi mereka yang mengelola situs tersebut.
"Jika rumput dan tanaman lain tumbuh di dalam atau di atas tembok dan rumah-rumah kuno, hal ini akan menjadi masalah," kata Gabriel Zuchtriegel, direktur Taman Arkeologi Pompeii, seperti dikutip dari Reuters 6 April.
"Jadi kami mencoba untuk memiliki pendekatan yang berkelanjutan terhadap seluruh lingkungan untuk menghindari penggunaan zat-zat dan juga untuk menghindari tumbuhnya tanaman, memiliki tanaman yang tumbuh di dinding dan reruntuhan," lanjutnya.
Terkait itu, sekitar 150 domba telah dikerahkan ke Regio V, bagian utara kota, di mana bukit-bukit berumput dihiasi dengan sisa-sisa reruntuhan rumah-rumah dan toko-toko kuno.
Regio V masih terlarang bagi jutaan pengunjung yang datang ke Pompeii setiap tahun, tetapi sebagai bagian dari upaya konservasi, taman arkeologi dalam beberapa tahun terakhir telah meluncurkan penggalian baru di situs tersebut.
Di antara penemuan yang mencolok sejak tahun 2018 adalah lukisan dinding yang semarak, toko makanan ringan dan sisa-sisa kerangka orang yang terbunuh dalam letusan.
BACA JUGA:
Zuchtriegel mengatakan, inisiatif untuk mengerahkan domba membantu menghemat uang dan melestarikan lanskap.
"Kami mencoba menjelaskan bahwa ini adalah proyek yang berkelanjutan dan membantu reruntuhan," terangnya.
"Ini juga merupakan sesuatu yang benar-benar memberikan gambaran tentang bagaimana Pompeii pada saat ditemukan kembali. Ada hutan, kebun anggur, domba dan lingkungan pedesaan seperti ini dan di tengah-tengahnya ada Pompeii," pungkas Zuchtriegel.