Bagikan:

JAKARTA - Penyiar Radio Seluruh Indonesia (Persiari) menyampaikan 10 poin aspirasi kepada Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Rabu 5 April.

Salah satu aspirasi penting yang dikemukakan adalah keinginan Persiari untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam menyebarluaskan hasil kerja-kerja pemerintah kepada masyarakat.

“Persiari memang perlu memposisikan diri sebagai mitra strategis pemerintah karena Persiari harus menjadi jembatan antara anggota dan pemerintah, antara anggota dan masyarakat serta lembaga-lembaga lain. Kolaborasi ini menjadi penting karena pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, pemerintah perlu partner di berbagai bidang sehingga pengelolaan isu strategis bisa dilakukan bersama-sama,” kata Moeldoko.

Terdepan, Terluar dan Tertinggal

Sementara itu, Persiari menyampaikan 10 aspirasi kepada pemerintah melalui KSP, di mana salah satu aspirasi tersebut terkait dengan pemberian bantuan radio gratis bagi masyarakat khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).

“Intinya masyarakat kita ini, utamanya yang berprofesi petani dan berada di daerah 3T, itu masih tradisional. Saya berharap, misalnya di sela-sela pemutaran lagu, masyarakat juga diberikan edukasi bertani, atau penggunaan pupuk, dan lain-lain melalui siaran radio. Dan ya, masyarakat perlu diberi radio gratis,” pungkas Moeldoko yang menyambut baik inisiatif Persiari.

Didapuk sebagai Ketua Dewan Pembina Persiari, Moeldoko menyatakan siap memperjuangkan keberlanjutan dan standar kesejahteraan untuk profesi penyiar radio melalui revisi UU Penyiaran No.32 tahun 2002 yang dinilai sudah tertinggal.

Kepala Staf Kepresidenan pun menyebutkan bahwa standar kesejahteraan yang diperjuangkan tidak hanya terbatas bagi penyiar radio publik dan swasta, namun juga bagi para penyiar radio komunitas di daerah.

Sementara itu, Agung Suprio, selaku anggota Dewan Pembina Persiari, mengusulkan agar pemerintah menjadikan tanggal 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional. Pasalnya, berdasarkan sejarah, tanggal 1 April 1933 merupakan hari dimana Mangkunegara VII memprakarsai berdirinya radio berbahasa Indonesia pertama di kota Solo yang memancarkan informasi perjuangan dan program kebudayaan hingga ke Belanda.

Oleh karenanya, kepada Presiden Jokowi melalui KSP Moeldoko, Persiari juga menginginkan Mangkunegara VII dijadikan sebagai Bapak Penyiaran Nasional. Hal ini direspon oleh Moeldoko yang mengatakan akan mempelajari persoalan ini lebih dalam di internal KSP.