Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan tertutup dengan PAN, PPP, Golkar, PKB dan Gerindra di DPP PAN, Minggu, 2 Maret. Dari deretan partai pendukung pemerintah, PDIP dan Partai NasDem tidak ikut ambil bagian.

Tidak hadirnya PDIP menimbulkan spekulasi hubungan Jokowi dengan partainya sedang memanas. Hal itu disebut-sebut lantaran beda sikap Jokowi dengan PDIP menyikapi Israel di Piala Dunia U20 2023.

Peneliti CSIS Arya Fernandes mengakui, beda sikap hingga berujung gagalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U20 2023 itu memang mengganggu hubungan keduanya. Namun, Jokowi dan PDIP masih saling membutuhkan.

"Saya kira kita masih menunggu situasi lainnya, kita belum bisa mengambil kesimpulan dengan pertemuan itu. Meskipun pascabatalnya piala dunia U20 mempengaruhi dinamika antara pemerintah dengan PDIP tapi saya kita kedua belah pihak, Jokowi dan PDIP sama-sama membutuhkan," ujar Arya saat dihubungi, Senin, 3 Maret

"Jadi meskipun ada kondisi dan dinamika, keduanya selalu berusaha merekatkan diri. Apalagi Jokowi juga kader PDIP, putra beliau, menantu beliau juga diusung PDIP, ke depan karir politiknya juga masih akan di PDIP. Sejauh ini saya kira mereka akan cari formula," tambahnya.

Kendati demikian, Arya menuturkan, meski beda sikap soal Piala Dunia U20 namun tidak menganggu hubungan Jokowi dan PDIP. Walaupun memang berpengaruh namun keduanya masih berupaya mendekatkan diri.

"Bukan ganggu hubungan tapi pascaPiala Dunia U20 memang mempengaruhi hubungan namun keduanya saling membutuhkan dan berupaya merekatkan hubungan sejak 2014," kata Arya.

Terkait ketidakhadiran PDIP di acara silaturahmi PAN, Arya mengaku kurang mengetahui. Hanya saja, pertemuan tertutup antara Jokowi dan lima Ketum parpol pendukungnya lantaran didorong belum adanya kepastian soal capres dan cawapres yang akan berlaga pada Pilpres 2024 mendatang.

"Saya enggak tahu persisnya kenapa PDIP enggak datang, bisa ditanyakan ke PAN atau PDIP, tapi menurut saya pertemuan kemarin jadi milestones baru ya, soal prospek parpol ke depan ditengah kondisi belum adanya kepastian kombinasi capres terutama di sisi Koalisi Indonesia Bersatu, Gerindra dan PKB. Ketidak pastian itu mendorong partai untuk bertemu dan mendorong negosiasi," jelasnya.

Soal PDIP bisa mengusung sendiri capres cawapres karena ada dua kader potensial, yakni Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, Arya menilai masih sangat dinamis. Bisa saja, kata dia, setelah pertemuan kemarin PDIP berkomunikasi dengan salah satu dari lima parpol itu.

"Situasi saya kira akan sangat dinamis. Koalisi lima partai itu juga masih opsional, belum tentu akan berkoalisi. Juga masih menunggu waktu apakah akan berkoalisi begitu, dan karena kan perubahan masih mungkin terjadi terobosan baru dari PDIP tiba-tiba komunikasi dengan PKB misalnya atau partai lain di lima partai itu jadi masih terbuka opsi itu," pungkasnya.