Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi menyoroti kebutuhan anggaran operasional dan lainnya untuk Jakarta International Stadium (JIS) yang mencapai Rp220 miliar per tahunnya.

Sementara, saat ini JIS jarang menjadi lokasi pertandingan sepak bola. Saat menjadi venue konser musik Dewa 19 bulan Februari lalu pun menimbulkan masalah kekacauan akses dan lalu lintas.

Prasetyo meminta PT Jakarta Propertindo (Jakpro) berbenah. Jakpro sebagai BUMD pengelola JIS harus mencari cara peningkatan pendapatan dengan berbagai kegiatan yang digelar di stadion berkelas internasional tersebut.

Hal ini disampaikan Prasetyo saat menerima audiensi dari The Jakmania yang juga menghadirkan Direktur Utama PT Jakpro Iwan Takwin.

"Operasional JIS itu besar, Pak. Kalau kalian (Jakpro) enggak mulai running (acara digelar di JIS) dari sekarang, nilai Rp220 miliar itu bisa didapat dari mana? Babi ngepet juga enggak dapat segitu. Ya kan? Dari sini lah kita perlu coba merintis dari bawah ke atas," kata Prasetyo di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis, 30 Maret.

Masalahnya, berkaca pada kekacauan bubaran konser Dewa 19, infrastruktur dan akses menuju JIS dianggap belum layak untuk dihadiri penonton dalam jumlah banyak. Karenanya, Prasetyo meminta Jakpro memperbaiki infrastruktur dengan melibatkan masukan dari suporter sepak bola.

"Tampung (masukan) komunitas-komunitas olahraga di situ. Apalagi yang dibilang Jakmania tadi, (akses) ramp timur harus dibuka. Harus cepat, Pak, karena ketika kemarin dicoba show Dewa 19, berantakan. Kita sudah bangun stadion besar-besar dan ada masalah, maka harus diselesaikan," urai Prasetyo.

"Sebetulnya Pj gubernur juga mensuport harus diselesaikan supaya teman-teman persija bisa main di kandangnya sendiri. Dengan stadion semegah itu, masak kita tidak bisa menggunakan?" lanjutnya.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu Jakpro mengaku pihaknya harus meraup pendapatan sebesar Rp220 miliar per tahun dari penggunaan JIS.

Rinciannya, Jakpro membutuhkan biaya sekitar Rp50 miliar hingga Rp60 miliar untuk biaya pemeliharaan operasional, keamanan, mekanikal elektrikal, hingga asuransi bangunan.

Kemudian, ada biaya depresiasi atau akumulasi biaya yang dialokasikan untuk aset tetap yang akan menyusut selama suatu periode. Jakpro menghitung depresiasi JIS sebesar Rp150 miliar per tahun.

Selain itu, Jakpro juga harus mendulang pendapatan lebih selain menutupi biaya operasional dan depresiasi, perkiraan nominalnya sekitar Rp30 miliar per tahun. Sehingga, pendapatan JIS yang menjadi target Jakpro sebesar Rp220 miliar per tahun.