JAKARTA - Kepala kepolisian mengatakan mantan murid sebuah sekolah dasar Kristen di Nashville, Tennessee yang membunuh tiga anak berusia 9 tahun dan tiga orang dewasa dalam sebuah penembakan, sedang dalam perawatan dokter karena gangguan emosional dan memiliki koleksi senjata.
Rincian baru tentang pelaku yang diketahui bernama Audrey Elizabeth Hale (28), muncul beberapa jam setelah polisi merilis video mengerikan yang menunjukkan para petugas menyerbu Sekolah Covenant di tengah-tengah amukan Hari Senin, melakukan penggeledahan dari ruangan ke ruangan sebelum menghadapi dan menembak Hale.
Pihak berwenang mengatakan, mereka masih mencoba untuk menentukan motifnya saat para detektif meneliti berbagai tulisan dan bukti lain yang ditinggalkan oleh Hale.
Hale dipersenjatai dengan dua senjata gaya serbu dan pistol, yang merupakan kasus terbaru dari serangkaian penembakan massal di AS yang telah mengubah sekolah-sekolah menjadi zona pembunuhan, menambah panjang bahan perdebatan nasional mengenai hak dan peraturan senjata.
Tiga senjata yang digunakan pada Hari Senin termasuk di antara tujuh senjata api yang dibeli Hale secara legal dalam beberapa tahun terakhir dari lima toko di wilayah Nashville, kata Kepala Polisi Metropolitan Nashville John Drake kepada wartawan pada Hari Selasa, seperti melansir Reuters 29 Maret.
Hale fired a number of rounds inside the Covenant Church/School building. She was armed with these 3 guns and significant ammunition. pic.twitter.com/3LYOU2r0sh
— Metro Nashville PD (@MNPDNashville) March 28, 2023
Orang tua Hale sendiri tidak mengetahui anaknya memiliki banyak senjata api, secara keliru mengira Hale hanya memiliki satu senjata api, kemudian menjualnya, jelas Drake.
Kepala polisi itu menambahkan, ibu dan ayahnya merasa Hale seharusnya tidak memiliki senjata apa pun karena masalah kesehatan mental.
Sang ibu, saat melihat Hale meninggalkan rumah dengan tas merah pada Senin pagi, telah menanyakan apa yang ada di dalam tas itu, kata Drake.
Hale "sedang dalam perawatan, perawatan dokter, untuk gangguan emosional," sebut kepala polisi itu kepada wartawan dalam jumpa pers, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Berdasarkan hukum Tennessee, penyakit mental tidak menjadi alasan bagi polisi untuk menyita senjata, kecuali jika seseorang dianggap tidak kompeten secara mental oleh pengadilan, "secara yudisial diserahkan ke rumah sakit jiwa," atau ditempatkan di bawah pengampuan "karena cacat mental."
Selain itu, Tennessee melarang penjualan senjata api kepada orang yang dinyatakan oleh pengadilan atau otoritas hukum lainnya sebagai orang yang membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain, atau tidak memiliki kemampuan untuk mengurus urusan mereka sendiri karena penyakit mental. Namun, berada di bawah perawatan dokter saja tidak dengan sendirinya memenuhi ambang batas itu.
Drake mengatakan, Hale tampaknya pernah mengikuti pelatihan senjata. Hale menembaki para petugas dari lantai dua sekolah saat mereka tiba dengan mobil patroli, sambil berdiri membelakangi jendela besar agar tidak menjadi sasaran tembak.
BACA JUGA:
Hale meninggalkan peta rinci sekolah yang menunjukkan titik-titik masuk, serta apa yang Drake gambarkan sebagai "manifesto" yang mengindikasikan, ia mungkin telah merencanakan untuk melakukan penembakan di lokasi lain.
Pada Hari Senin, Drake mengatakan Hale diidentifikasi sebagai seorang transgender dan menyebut para penyelidik percaya tersangka menyimpan "kebencian karena harus bersekolah di Covenant School sebagai seorang anak."
Kepala polisi tersebut menolak untuk menjelaskan lebih lanjut dan tidak mengatakan peran apa yang mungkin dimainkan oleh identitas gender, latar belakang pendidikan, atau dinamika sosial atau agama Hale. Para penyelidik "tidak memiliki motif saat ini," katanya pada Hari Selasa.