JAKARTA- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sekaligus ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pada Jumat, 24 Maret, menghadiri acara panen raya padi di di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember, Jawa Timur.
Pada kesempatan ini, Moeldoko melihat langsung keberhasilan panen petani melalui teknologi intensifikasi pertanian. Dalam acaranya, Moeldoko juga menghimbau para petani untuk selalu siap menghadapi situasi apapun, termasuk krisis air.
"Kita ini menghadapi ancaman krisis air. Dunia juga akan menghadapinya. Untuk itu sumber air ditata dan kelola dengan baik, para petani juga tetap guyub rukun bersiap menghadapi krisis apapun," kata Moeldoko.
Mengacu pada pesan Presiden Jokowi, Moeldoko mengatakan, "Intensifikasi akan memotong masa tanam sekaligus meningkatkan hasil panen. Kesejahteraan petani akan membaik,” kata Moeldoko.
Sejak setahun terakhir, ladang pertanian seluas 500 hektare di Desa Lojejer ditanami bibit padi super M70D. Masyarakat desa pun telah membuktikan hasil panen bibit M70D mencapai 9 ton per hektar. Angka ini jauh diatas rata-rata hasil panen padi di Indonesia yang menghasilkan 5,7 ton per hektar.
Tidak hanya itu, menurut Sugeng Widodo, direktur M-Tani yang menghasilkan bibit M70D, bibit ini juga sudah bisa dipanen di usia 75 hari. Padahal usia padi rata-rata di Indonesia masih di atas 90 hari.
Sementara itu, Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Kab. Jember Arief Tjahyono mengatakan bahwa Kabupaten Jember merupakan wilayah dengan hamparan lahan pertanian terluas nomor 3 di Indonesia dengan total 86,000 hektar.
Namun, produktivitas pertanian di Kab. Jember masih kalah jika dibandingkan Kab. Ngawi yang sama-sama ada di Jawa Timur. Padahal luasan lahan di Kab. Ngawi tidak sebesar di Kab. Jember.
"Pelan-pelan beralih pakai pupuk organik. Nanti tanahnya akan gembur seperti yang ada di Ngawi. Jadi jangan hanya mengandalkan pupuk anorganik," pesan Moeldoko.