JAKARTA - Rusia menyebut Amerika Serikat, Inggris dan Prancis telah membentuk "front bersatu" untuk menentang mereka. Hal itu membuat Moskow kini mempertimbangkan potensi serangan nuklir ketiga negara NATO tersebut secara bersamaan.
Pembentukan front itu dinilai Rusia bertujuan "menimbulkan kekalahan strategis" kepada negara tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov mengatakan, pertimbangan mereka ini guna memutuskan nasib perjanjian New START. Hal itu disampaikannya saat berbicara dalam sebuah pertemuan di Klub Diskusi Valdai di Moskow
Ia memperkirakan AS, Inggris dan Prancis bisa saja melakukan serangan nuklir bersama ke Rusia.
"Pada situasi saat ini, kami akan mempertimbangkan bahwa negara-negara ini kemungkinan bergabung menggunakan kemampuan nuklir mereka untuk menyerang Rusia," kata Ryabkov, seperti dilansir dari Anadolu via Antara, Kamis, 23 Maret.
Ryabkoy mengatakan, Rusia tidak akan mundur dari keputusannya untuk menangguhkan partisipasinya dalam New Strategic Arms Reduction Treaty (New START) atau Perjanjian Perlucutan Senjata Nuklir. Bahkan jika kekhawatiran Rusia dipertimbangkan karena bantuan AS ke Ukraina dalam serangannya ke fasilitas strategis Rusia sangat "jelas" dan lokasi militer ini ditunjukkan dalam perjanjian START.
Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin pada Februari telah menandatangani UU yang menangguhkan partisipasi Rusia dalam satu-satunya perjanjian pengendalian senjata yang tersisa dengan AS.
Ia mengatakan, Moskow menunda perjanjian New START karena keterlibatan Washington yang lebih jauh dalam perang Ukraina.
Ditandatangani pada 2010 dan diperpanjang pada 2021 untuk lima tahun berikutnya, perjanjian itu bertujuan mengendalikan dan mengurangi kekuatan nuklir strategis yang digunakan AS dan Rusia.