JAKARTA - Pemerintah mulai memperisiapkan diri dengan membangun rumah sakit (RS) khusus penanganan pasien menderita penyakit virus menular. Rencana jangka panjang itu, akan segera dirapatkan dengan kementerian terkait.
"Kalau enggak salah Rabu ratasnya (rapat terbatas). Yang pasti, menghadapi situasi seperti begini pemerintah sangat cepat dan mungkin Selasa kita bisa ketemu," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin kepada wartawan di Jakarta, Minggu, 9 Februari.
Rencana ini dilakukan sejak pemulangan 238 warga Indonesia dari Kota Wuhan, China akibat penyebaran virus corona. Hanya saja, sejumlah warga Kabupaten Natuna sempat menolak wilayah tempat tinggalnya dijadikan lokasi observasi sementara untuk mendeteksi virus corona. Mereka khawatir adanya penularan virus tersebut.
"Kalau enggak salah Rabu ratasnya (rapat terbatas). Yang pasti, menghadapi situasi seperti begini pemerintah sangat cepat dan mungkin Selasa kita bisa ketemu," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin kepada wartawan di Jakarta, Minggu, 9 Februari.
BACA JUGA:
Menurutnya, pemerintahan Presiden Joko Widodo punya tanggung jawab untuk meninggalkan satu warisan bagi pemerintahan selanjutnya yaitu rumah sakit untuk observasi penyakit menular. Sebab bukan tak mungkin, ke depan, kejadian penyebaran virus corona bisa terjadi lagi.
"Harus legacy (sejarah) yang harus ditinggalkan oleh Presiden Jokowi adalah menyiapkan satu tempat khusus untuk menghadapi situasi itu," ungkapnya.
Hanya saja, saat ditanyai soal kriterianya, Ali tak menjawab lebih lanjut mengingat hal tersebut masih akan dibicarakan dalam rapat terbatas mendatang.
Lokasinya di salah satu pulau di Indonesia
Meski belum diketahui di mana pemerintah akan membangun rumah sakit observasi penyakit menular. Namun pemerintah mengisyaratkan ihwal pembangunan rumah sakit itu ada di salah satu pulau di Indonesia.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan ada sekitar 100 pulau yang menjadi kandidat lokasi.
"Ada sekitar 100 pulau, banyak banget," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto usai rapat koordinasi dengan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, Jumat, 7 Februari lalu.
Terawan mengatakan, dari 100 pulau tersebut akan dikaji terlebih dahulu dari berbagai aspek. Nantinya, setelah dilakukan kajian, pemerintah akan memilih satu dari ratusan pulau tersebut.
"Masih dipelajari segala aspek, geologi, politik kemudian masalah ekonomi, pemeliharaan pertahanan, keamanan. Semua ditinjau," jelasnya sambil mengatakan fasilitas yang akan dibangun nantinya bukan hanya untuk pasien virus corona tapi virus menular lainnya.
"Ada banyak (penyakit). Sempat juga tadi dibahas bagaimana penyakit-penyakit menular misal TBC, TBM, Malaria," ungkap dia.
Sementara Menkopolhukam Mahfud MD menegaskan, rapat koordinasi yang dilakukan di kantornya itu belum memutuskan apapun termasuk lokasi.
Namun yang pasti, sesuai perintah Presiden, rancangan soal rumah sakit tersebut akan segera dibuat meski sebenarnya sudah ada tiga rumah sakit yang menangani penyakit menular walaupun bukan rumah sakit khusus.
Menurutnya, ada beberapa fasilitas yang harus dimiliki oleh pulau yang jadi kandidat lokasi pembangunan rumah sakit bagi tempat observasi atau karantina penyakit infeksi. "Ada kriteria harus dekat pangkalan militer agar mudah evakuasi, dekat bandara udara. Itu saja tadi kriterianya," ungkap Mahfud usai rapat.
"Tetapi banyak yang berpendapat sebenarnya tidak perlu ada di pulau tersendiri. Bisa di pulau tersendiri bisa dipulau yang sudah ada penghuninya, sudah ada penduduknya maksudnya," tutupnya.