JAKARTA - Challenge meminum milk tea atau teh susu dilengkapi dengan boba sebanyak empat liter kini digandrungi warganet. Tagar #BobaChallenge berseliweran di media sosial, khususnya Instagram dengan foto yang menunjukkan seseorang membawa galon kecil yang penuh es batu, teh susu, dan bulatan boba di bawahnya.
Bukan hanya itu, toko daring juga memanfaatkan banyaknya challenge ini untuk menjual produk yang sialnya kita tak tahu berapa kandungan gula yang mereka gunakan dalam satu sachet minuman manis tersebut.
Jika kalian masih ingin mencoba challenge boba dengan ukuran empat liter ini, maka ini merupakan pintu masuk yang sempurna menuju obesitas dan diabetes.
Sebab, menurut edukator bidang gizi, Irtya Qiyamulail, empat liter minuman boba yang masuk ke dalam tubuh ternyata mengandung gula sangat tinggi dan melebihi batas anjuran dari Kementerian Kesehatan.
"Kemenkes menganjurkan konsumsi gula per orang, per hari adalah 10 persen dari total energi atau setara dengan empat sendok makan. Sedangkan kandungan gula pada boba empat liter jauh lebih banyak dari itu, yaitu sekitar 606 gram atau setara 48 sendok makan," kata Irtya kepada VOI lewat pesan singkat, Minggu, 9 Februari.
BACA JUGA:
Selain itu, jumlah kalori yang dihasilkan pada minuman itu mencapai 3000kal dan ini sudah melebihi dari rekomendasi total kebutuhan kalori dalam sehari. Akibatnya, bukan tidak mungkin penikmat minuman boba tersebut diintai oleh penyakit diabetes dan obesitas.
"Konsumsi gula yang berlebih bisa meningkatkan gula darah dalam waktu yang singkat. Apabila dikonsumsi secara sering, minuman yang tinggi gula juga bisa mengganggu metabolisme dan meningkatkan resiko penyakit diabetes tipe dua," ungkapnya.
Berkaca dari hal tersebut, sebagai pakar gizi, Irtya kemudian mengingatkan agar challenge semacam ini sebaiknya ditanggapi dengan bijak dan tak asal diikuti oleh masyarakat.
"Bobba challenge empat liter merupakan trending di medsos yang baiknya ditanggapi dengan bijak mengingat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan," kata dia.
Meski boba challenge ini dianggap sebagai pintu masuk yang sempurna bagi penyakit diabetes dan obesitas, tapi nyatanya masih banyak orang yang mau mengikuti tren tersebut sebagai salah satu cara untuk eksis lewat konten.
Menanggapi hal tersebut, psikolog Kasandra Putranto menilai, mereka yang ikut-ikutan dalam challenge nirfaedah ini adalah mereka yang tak paham soal bahaya kesehatan yang mengintai.
"Mereka tak paham bahayanya dan cuma terpengaruh challenge tersebut," kata Kasandra saat kami hubungi.
Padahal, untuk bisa eksis di media sosial, ada banyak cara. Termasuk, mereka bisa mengaktualisasi bakat sehingga prestasi bisa mereka dapatkan di dunia nyata. Hanya saja, tak semua orang punya kecerdasan intelektual secara emosi dan sosial untuk memahami hal tersebut.
"Tergantung kecerdasan intelektual emosi dan sosial. Dengan keterbatasan kecerdasan emosi mereka kan jadinya tidak bisa mengendalikan dorongan tersebut," tutupnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Tag Terpopuler
#prabowo subianto #tahun baru #hari ibu #nataru #natal
Populer
22 Desember 2024, 05:3422 Desember 2024, 00:0522 Desember 2024, 01:06