JAKARTA - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat mengatakan kebijakan 'memaksa' siswa-siswi masuk mulai jam 5 pagi hanya berlaku di 2 sekolah. Dia menegaskan kebijakan itu tidak diterapkan di seluruh sekolah di NTT.
Hal itu dikatakan Viktor menanggapi pertanyaan Ketua Sinode GMIT Merry Kolimon tentang polemik kebijakan sekolah jam 5 pagi di NTT saat acara Pembukaan Persidangan Majelis Sinode GMIT ke-50 di Kupang, Selasa 28 Februari.
"Kita perlu tidak semua sekolah [masuk jam 5 pagi]. Tapi kita perlu 2 sekolah," kata Viktor lewat video di akun Instagramnya, @viktorbungtilulaiskodat.
Menurutnya, 2 sekolah itu akan diisi siswa dan siswi yang dipersiapkan untuk memasuki perguruan tinggi negeri di Tanah Air.
"2 sekolah itu, sekolah unggul. Unggul pengetahuan, unggul karakter. 2 sekolah ini harus," ujar Viktor.
BACA JUGA:
Viktor menuturkan, NTT tidak dapat dipersepsikan atau disamakan dengan Jakarta atau Finlandia sehingga kebijakan tersebut harus diterapkannya.
"NTT dengan kekurangan infrastruktur, infrastruktur, sumber daya, semua kita kurang, kecuali uang. Uang NTT untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) 50 persen APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur ada di dinas itu (Dikbud)," ujarnya.
Meski demikian, Viktor membuka tangan kepada pihak sekolah di NTT yang ingin menerapkan kebijakan siswa-siswi masuk sekolah mulai jam 5 pagi.
"Tapi banyak yang bilang begini, 'kami ju mau ee (kami ingin menerapkan juga)', ya coba aja, kami lihat ada yang sanggup," ujar Viktor.
Sebelumnya, wacana penerapan sekolah masuk jam 5 pagi bagi siswa SMA dan SMK di NTT sudah dikeluhkan banyak pihak. Rencananya DPRD NTT bakal duduk bareng Pemerintah Provinsi (Pemrov) NTT membahas polemik itu hari ini, Rabu 1 Maret.