Amerika Serikat Sebut Program Nuklir dan Rudal Korea Utara Tidak Disukai China
Ned Price. (Wikimedia Commons/U.S. Department of State)

Bagikan:

JAKARTA - Pejabat Amerika Serikat menilai provokasi rudal Korea Utara dan program pengembangan nuklirnya yang terus berlangsung tidak membantu negara mana pun, termasuk China, dua hari setelah Beijing memblokir upaya yang dipimpin AS untuk mengutuk uji coba rudal balistik terbaru Pyongyang.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menegaskan kembali, semua negara anggota PBB memiliki kewajiban untuk sepenuhnya menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) tentang Korea Utara.

"Program rudal balistik DPRK, program nuklirnya bukan hanya ancaman bagi Amerika Serikat dan rakyat kami. Ini bukan hanya ancaman bagi sekutu perjanjian kami, Jepang dan ROK dalam hal ini, tetapi juga ancaman bagi perdamaian dan keamanan di seluruh kawasan," kata Price dalam konferensi pers harian, melansir Korea Times 23 Februari.

DPRK adalah singkatan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara, sedangkan ROK adalah singkatan dari nama resmi Korea Selatan, Republik Korea.

"Dan itu bukan sesuatu yang disukai RRT. Itu bukan sesuatu yang harus didorong oleh RRT," tambahnya, mengacu pada Tiongkok dengan nama resminya, Republik Rakyat Tiongkok.

Sebelumnya, AS berusaha agar pernyataan Presiden DK PBB dikeluarkan pada pertemuan Dewan Keamanan yang diadakan pada Hari Senin, yang mengutuk penembakan rudal balistik antarbenua oleh Korea Utara pada Hari Sabtu (waktu Korea), yang diikuti oleh dua peluncuran rudal balistik jarak pendek dua hari kemudian.

Pertemuan DK PBB pertama yang diadakan mengenai Korea Utara tahun ini berakhir tanpa hasil apapun karena oposisi dari Cina dan Rusia, keduanya merupakan anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto dan merupakan negara tetangga yang bersahabat dengan Korea Utara.

Tahun lalu, Beijing dan Moskow memblokir 10 pertemuan DK PBB yang membahas Korea Utara sepanjang tahun 2022, meskipun Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik sebanyak 69 kali yang belum pernah terjadi sebelumnya, menandai rekor baru peluncuran rudal balistik dalam satu tahun. Rekor Korea Utara sebelumnya adalah 25 kali.

"Ada negara lain yang tidak bertindak secara bertanggung jawab. Tentu saja, DPRK akan berada di urutan teratas dalam daftar itu... tetapi kami tidak merahasiakan fakta bahwa anggota tetap Dewan Keamanan PBB, semua negara anggota tentu saja, tetapi terutama anggota tetap Dewan Keamanan .BB memiliki kewajiban khusus untuk sepenuhnya mengimplementasikan resolusi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB itu sendiri," ungkap Price.

"Ini adalah negara-negara yang telah mengangkat tangan mereka sendiri, memberikan suara untuk setiap resolusi yang telah disahkan dari ruang Dewan Keamanan, dan oleh karena itu (adalah) kewajiban negara-negara ini untuk menegakkan resolusi ini dan pada gilirannya, meminta pertanggungjawaban DPRK atas pelanggarannya yang mencolok terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB," kritiknya.

Dalam kesempatan tersebut Price juga menegaskan kembali komitmen AS untuk membela Korea Selatan dan Jepang, sembari menyerukan kepada Korea Utara untuk terlibat dalam dialog yang serius.

"Kami tetap berkomitmen pada pendekatan diplomatik terhadap DPRK, dan kami meminta DPRK, seperti yang kami lakukan secara konsisten, untuk terlibat dalam dialog yang konstruktif," ungkap Price.

"Komitmen kami, pada saat yang sama, terhadap pertahanan Republik Korea dan Jepang, tetap teguh," tegasnya.