Usai Tangguhkan Perjanjian Senjata Strategis, Presiden Putin Pastikan Peningkatan Kekuatan Nuklirnya: Kerahkan Sarmat hingga Zircon
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Sumber: Ramil Sitdikov/RIA Novosti via Kremlin)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia akan terus meningkatkan perhatian untuk peningkatan kekuatan nuklirnya, dan akan memulai pengiriman massal rudal hipersonik Zircon yang diluncurkan dari laut, kata Presiden Vladimir Putin pada Hari Kamis.

Dalam pidato untuk menandai Hari libur Pembela Tanah Air, Presiden Putin juga mengatakan Rusia akan terus melengkapi angkatan bersenjatanya dengan peralatan canggih.

"Seperti sebelumnya, kami akan meningkatkan perhatian untuk memperkuat triad nuklir," kata Presiden Putin, merujuk pada rudal nuklir yang berbasis di darat, laut dan udara, melansir Reuters 23 Februari.

Selain itu, Presiden Putin mengatakan, untuk pertama kalinya, rudal balistik antarbenua Sarmat - senjata yang mampu membawa banyak hulu ledak nuklir - akan dikerahkan tahun ini.

"Kami akan melanjutkan produksi massal sistem Kinzhal hipersonik berbasis udara dan akan memulai pasokan massal rudal hipersonik Zircon berbasis laut," tandasnya.

Presiden Putin membuat pernyataannya dua hari setelah mengumumkan Rusia akan menangguhkan perjanjian New START, perjanjian kontrol senjata terakhir yang tersisa dengan Washington.

Rusia dan Amerika Serikat merupakan dua negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia, dengan kekuatan keduanya mencapai 90 persen hulu ledak nuklir yang ada di dunia.

Diketahui, Perjanjian New START 2010 membatasi hulu ledak nuklir yang dikerahkan setiap negara hingga 1.550, sementara rudal serta pesawat pengebom berat yang dikerahkan hingga 700.

Perjanjian yang ditangguhkan itu memberikan hak kepada masing-masing pihak untuk menginspeksi situs senjata satu sama lain, meskipun kunjungan telah dihentikan sejak 2020 karena COVID dan perang Ukraina, mewajibkan kedua belah pihak untuk memberikan pemberitahuan terperinci tentang jumlah, lokasi, dan karakteristik teknis senjata nuklir strategis mereka.

Masing-masing pihak harus memberi tahu pihak lainnya, misalnya, ketika rudal balistik antarbenua akan diangkut dari fasilitas produksi.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, kedua belah pihak telah bertukar lebih dari 25.000 notifikasi sejak perjanjian tersebut mulai berlaku pada tahun 2011.