Bagikan:

DENPASAR - Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Provinsi Bali Ni Made Armadi menyampaikan bahwa keterbatasan alat berat yang dapat beroperasi di TPA Suwung menjadi penyebab antrean truk sampah belakangan.

"Keterbatasan alat berat, saat ini alat berat yang beroperasi hanya empat, untuk melayani 1.200 ton per hari. Ini sangat kekurangan, karena alat sebagian masih tahap perbaikan sehingga pelayanan jadi kurang maksimal," kata dia, Rabu, 22 Februari.

Armadi mengatakan alat berat yang digunakan untuk memindahkan sampah dari truk berjumlah delapan unit baik milik Kota Denpasar, Kabupaten Badung, maupun Pemprov Bali, namun empat unit sedang dalam perbaikan.

"TPST dan TPS3R yang ada di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar belum berjalan optimal baik dari segi pengurangan sampah maupun dari segi penanganannya. Iya solusi, alat berat kita perbaiki dan akan sewa alat masih menunggu anggaran," ujarnya.

Selain keterbatasan alat berat, Armadi mengakui bahwa antrean truk sampah di TPA Suwung juga disebabkan oleh areal pembuangan yang sudah sempit, sehingga menyulitkan proses pembuangan.

Selain itu, faktor cuaca juga menentukan, apalagi diketahui bahwa sebelumnya salah satu alat berat di tempat pembuangan yang menyimpan gunung sampah itu sempat terperosok.

"Cuaca akhir-akhir ini hujan terus sehingga menyebabkan jalan pembuangan becek dan berlumpur karena landasan jalan pembuangan berada di bawah sampah. Untuk antisipasi ini, ketika melakukan perbaikan jalan akses pembuangan truk disetop terlebih dahulu menunggu jalan bisa dilewati," jelas Armadi.

Salah satu sopir truk sampah DLHK Bali bernama Nengah Sukarta yang ditemui dalam antrean truk sampah di TPA Suwung bercerita bahwa kemacetan kerap terjadi meskipun hari ini kondisi cukup landai.

"Kadang TPA Suwung ini lancar kadang macet, kalau macet bisa sehari satu kali angkut kalau alat berat kendala. Kalau lancar bisa 3-4 kali dalam setengah hari," tuturnya.

Pada pertengahan minggu ini, Sukarta mengatakan bahwa hari Senin dan Selasa terjadi antrean truk sampah, di mana dalam sehari dirinya hanya dapat mengangkut sampah sebanyak satu kali.

"Kalau seminggu terakhir ini baru hari ini agak lancar, sisanya macet benar-benar macet, kalau angkut sekali bisa 4-5 jam nunggu di sini. Ada rasanya kemarin sampai 5 jam," ujarnya.

Sopir truk pengangkut sampah sendiri kerap mengeluh dengan kondisi tersebut, mulai dari mengalami pusing hingga kehausan, namun umumnya mereka menghabiskan waktu dengan istirahat dan bercengkrama satu sama lain.