Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Muhammad Adib menyatakan turunnya angka kemiskinan menjadi indikator kesuksesan zakat.

"Indikator keberhasilan zakat adalah kembali ke tujuan utamanya, yaitu mengentaskan kemiskinan. Jadi pertanyaan bagi semua amil zakat, sudah berapa banyak mustahik (penerima) yang berhasil dibebaskan dari kemiskinan?"ujar Adib dikutip ANTARA, Rabu 22 Februari.

Adib mengatakan dana zakat, infak, dan sedekah punya potensi yang sangat besar. Apabila dana tersebut dikelola dan disalurkan dengan baik, akuntabel, dan tepat sasaran, akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi masyarakat.

Menurutnya, pengelolaan dana sosial yang baik dan tepat sasaran harus melibatkan banyak elemen. Sinergi dan kolaborasi dengan sejumlah pihak terkait penting dilakukan.

"(Pengelolaan dana sosial) Harus melibatkan banyak pihak. Hanya dengan cara itu sebuah program akan berhasil," kata dia.

Senada dengan Adib, Pimpinan Baznas RI Saidah Sakwan mengatakan kolaborasi antarlembaga terkait pengelolaan dan penyaluran dana zakat relevan dilakukan saat ini. Kolaborasi tersebut, menurutnya, dapat menghasilkan output yang menguntungkan semua pihak.

"Era hari ini bukan era kompetisi, tapi era kolaborasi. Output-nya adalah win-win, bukan win-lost. Jadi, forum (Rakor Zakat) ini sangat strategis," kata dia.

Menurut Saidah, konsolidasi gerakan zakat adalah sebuah keniscayaan. Semua pihak terkait, kata dia, harus membuka ruang secara inklusif untuk berkolaborasi mengentas kemiskinan.

Saidah menargetkan dana zakat dapat mengakselerasi posisi Mustahik (penerima) menjadi Muzaki (pemberi manfaat). Langkah untuk mencapai hal tersebut adalah dengan menggunakan strategi intervensi target melalui kolaborasi bersama sejumlah LAZIS.

"Kami berkeyakinan, dana zakat harus bisa menciptakan Muzaki baru, bukan untuk memelihara Mustahik. Strategi yang kita lakukan adalah strategi intervensi target dengan mengajak LAZIS-LAZIS yang lain," katanya.