JAKARTA - Politikus Partai Golkar Emanuel Melkiades Laka Lena merespons hasil survei Litbang Kompas yang menyebut bahwa mayoritas pemilih partai beringin belum melek media sosial atau medsos.
Dengan hasil survei tersebut, Melki menegaskan, Golkar akan menggenjot pemanfaatan media sosial untuk lebih menjangkau para pemilih muda.
"Ketum Airlangga Hartarto sebagai pendorong utama revolusi 4.0 di Indonesia terus mendorong penggunaan digital dalam pengelolaan partai, dalam berbagai urusan. Kita juga dorong penggunaan medsos dalam menyapa, menjelaskan kinerja, dan menggalang dukungan dari konstituen," ujar Melki dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa, 21 Februari.
Namun, lanjut Melki, partainya juga tidak akan mengabaikan pemilih lama. Menurutnya, Golkar menyiapkan dua strategi untuk merespons segmen pemilih lama maupun baru tanpa adanya pembedaan dan akan tetap mewadahi keduanya.
"Ini adalah perpaduan menjaga, merawat yang lama dan juga menjangkau, serta mengajak yang baru terlibat menjadi pemilih Golkar. Tentu dengan berbagai macam program sesuai dengan ideologi Partai Golkar yang berbasiskan Pancasila dan doktrin Karya Kekaryaan," katanya.
Melki mengatakan, partainya berada rel yang tepat di bawah komando Ketum Airlangga Hartarto untuk memenangi Pemilu 2024, baik pilpres maupun pileg.
"Kami percaya bahwa semua upaya Partai Golkar yang dipimpin Pak Airlangga Hartarto bisa mengoptimalkan 2 pendekatan tersebut untuk bisa memenangkan Pemilu 2024," pungkasnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 25 Januari-4 Februari 2023 menyebutkan mayoritas pemilih Partai Golkar dan PDIP tak seperti konstituen PKS yang sudah melek media sosial atau medsos.
"Beberapa partai yang konstituennya relatif kurang hadir dalam ranah maya ini adalah Partai Golkar, PPP, PKB, dan PDIP," tulis Litbang Kompas, Selasa, 21 Februari.
Survei menilai, belum menjadi urgensi bagi Golkar untuk membangun strategi kampanye yang kuat di dunia maya. Sebab, tak sampai seperempat dari konstituennya yang menjadikan media sosial sebagai pilihan utama.
Sama halnya dengan mereka yang cenderung memilih berita daring sebagai pilihan utama, yakni sebesar 4 persen. Jika dibandingkan, angka tersebut jauh di bawah jumlah para pemilih Golkar yang lebih suka media tradisional, seperti koran dan TV, di kisaran 64 persen.
Fenomena serupa juga dialami PDI-P. Berdasarkan hasil survei, tak sampai sepertiga dari pemilih partai ini yang menjadikan media sosial sebagai pilihan utama.