DENPASAR - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Sukawati (Cok Ace) menyampaikan ada berbagai isu soal pariwisata termasuk soal wisatawan asal China.
Menurutnya, wisatawan Tiongkok secara kuantitas tidak bisa dipandang sebelah mata dan selalu menjadi salah satu jumlah wisatawan tertinggi ke Bali.
"Jadi kita harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatu, dari segi regulasi hingga penunjang lainnya, sehingga target kunjungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan daerah bisa terwujud," kata Cok Ace, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 21 Februari.
Merujuk pada keadaan sebelum pandemi COVID-19, isu terpenting yang menyangkut wisatawan China yakni jual beli ‘per kepala’ wisatawan. Ini dilakukan oknum agen perjalanan di China.
Menyongsong dibukanya perjalanan dari China ke Pulau Dewata, Cok Ace mengumpulkan pemangku kepentingan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Saya mendengar juga ada banyak keluhan, tidak hanya oleh masyarakat kita namun juga oleh wisatawan Tiongkok sendiri bahkan dari Konjen Tiongkok di Bali. Karena hal tersebut juga merugikan para wisatawan tidak bisa menikmati Bali dengan baik," imbuhnya.
OPD terkait di Pemerintah Provinsi Bali diperintahkan agar menindak tegas jika masih ada praktik jual beli ‘per kepala’ seperti itu di Bali. Antisipasi harus dilakukan.
"Kepada stakeholder pariwisata, baik HPI atau Asita agar membantu kami melaporkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di lapangan sehingga kolaborasi antara pemerintah, sektor pariwisata dan masyarakat bisa mempercepat masalah ini," ujarnya.
Wagub Cok Ace mengatakan, Pemprov Bali terus ingin menjadikan Pulau Bali sebagai destinasi pariwisata yang berkualitas. Sehingga, menurutnya pembenahan di berbagai bidang perlu dilakukan.
"Pemprov Bali tidak hanya membenahi infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata, namun juga membenahi sistem-sistem yang tidak sesuai dengan nilai pariwisata kita yang berbudaya dan berkualitas, sesuai dengan visi misi Provinsi Bali saat ini Nangun Sat Kerthi Loka Bali," ujarnya.
Apa Maksud Jual Beli ‘per Kepala’ Wisatawan China?
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya menerangkan jual beli ‘per kepala’ wisatawan China yang berlibur ke Bali dilakukan agen wisata China bekerjasama dengan operator lokal.
Guide di Bali diharuskan membayar per orang/per kepala wisatawan bila ingin menggaet wisatawan China.
"Satu grup yang dibawa dari China oleh, (misalnya) travel agent A di Bali, diserahkan kepada guide, dan per kepala (wisatawan), guidenya yang harus mendapatkan. Bahkan dia harus membayar kepada agentnya,” kata terpisah.
"Jadi dia (guide) berani membeli (jatah wisatawan) dan selama dia ada di Bali guidenya yang bertanggung jawab serta membiayai selama dia di sini. Akhirnya, tamu-tamunya dipaksa untuk membeli paket tour, membeli souvernir oleh-oleh, harus water sport dan semuanya, itu yang terjadi dan segala macamnya," papar Suryawijaya menyebut jual beli ‘per kepala’ wisatawan China biasanya dihargai 10-20 USD.