JAKARTA - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menyebut terdapat sedikit kenaikan angka kematian kasus COVID-19 selama beberapa minggu terakhir.
Berdasarkan data Dinkes DKI, pada periode 23-29 Januari 2023, terdapat 3 kematian di Jakarta dengan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) 0,61 persen. Lalu, pada 30 Januari-5 Februari, terdapat 4 kematian dengan CFR 0,77.
Selanjutnya pada 6-12 Februari terdapat 6 kematian dengan CFR 0,83 persen. Kemudian, pada 13-19 Februari terdapat 6 kematian dengan CFR 0,95 persen.
"CFR hampir 1 persen atau 1 dari 100 orang yang terdiagnosis (terpapar kasus COVID-19) meninggal. Artinya, missing cases (kasus tak tercatat) di lapangan tinggi," kata Ngabila kepada wartawan, Senin, 20 Februari.
Data kematian COVID-19 di DKI Jakarta tahun 2022 menunjukkan bahwa 85 persen orang yang meninggal telah lebih dari 6 bulan sejak vaksin terakhir dan mayoritas belum pernah booster. Selain itu, 90 persen memiliki komorbid dan 95 persen usia di atas 40 tahun.
Ngabila menyebut kondisi ini perlu untuk terus dipantau hingga hingga empat minggu ke depan karena ada tren kenaikan kasus dan kematian. Ia mengungkapkan, semua yang meninggal usia 40 tahun ke atas belum vaksin dosis keempat.
"Semoga vaksin anak di bawah 12 tahun segera ada untuk mencegah MIS-C (ultisystem inflammatory syndrome in children) atau longcovid dan kematian. Vaksinasi dosis keempat pada 18 tahun ke atas dapat meningkatkan antibodi 3 kali lipat dibandingkan yang belum serta mencegah longcovid dan kematian," urai dia.
Lebih lanjut, Ngabila menegaskan bahwa kunci mengendalikan COVID-19 adalah mempertahankan imunitas masyarakat terus berada pada level yang baik.
BACA JUGA:
"Vaksinasi booster dapat melipatgandakan jumlah antibodi dalam tubuh kita untuk membunuh virus COVID-19 yang masuk ke dalam tubuh," imbuhnya.