15 Pekerja yang Diteror KKB Ternyata Akan Bangun Puskesmas di Nduga Papua
Para pekerja saat turun dari helikopter setelah dievakuasi dari Paro, Kabupaten Nduga, Papua. (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan 15 pekerja yang mendapat teror dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) diketahui tengah membangun Puskesmas di Distrik Paro, Nduga, Papua.

Hal itu dikatakan Yudo sekaligus menepis adanya aksi sandra terhadap para pekerja. Kata dia, para pekerja itu akan diangkut dengan pesawat dan sebelum berangkat pesawat Susi Air itu dibakar.

"15 orang ini lagi membangun puskesmas artinya di situ (sebenarnya) masyarakat yang hidup dengan aman. Nah ini, ada kelompok-kelompok yang mengganggu keamanan terhadap masyarakat, Yudo usai Rapim TNI-Polri di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu 8 Februari.

Untuk itu, Distrik Paro yang sebelumnya dirasa aman akan dipertebal pengamannya untuk memastikan aktivitas masyarakat di situ tidak terganggu KKB.

"KKB ini kelompok-kelompok kecil di suatu daerah yang mengganggu masyarakat yang aman di situ (Paro). Nanti kita pertembal keamanan di sana," tambah Yudo.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyebut belasan pekerja itu diselamatkan oleh seorang pendeta. Mereka dibawa ke tempat yang aman dan tak terdeteksi oleh KKB.

"Warga masyarakat yang 15 tadi sudah diamankan oleh bapak pendeta, kami memang sangat berterima kasih kepada pendeta, karena taHu ada kejadian itu, langsung dibawa keluar para pekerja itu, karena takut ada korban para pekerja," sebut Fakhiri

Sedangkan untuk pilot Susi Air, Kapten Philips M, sampai saat ini masih dicari keberadaanya. Sebab, berdasarkan GPS yang dibawanya, titik koordinatnya sudah bergeser.

"Kemarin dia kita lihat ada bergerser dari kampung Paro sekitar 100 meter ke dalam," kata Fakhiri.

Belasan pekerja bangunan tersebut yakni, Gregorius Yanwarin, Domianus Wenehen, Thadeus Belyanan, Ical Behuku, Simon Walter, Martinus Yanwarin.

Kemudian, Gerardius Ruban, Fransiskus Rendi Ruban, Yogi Parlahutan Siregar, Refalino Walten, Antonius Heatubun, Martinus Heatubun, Andreas Kolatlena, Amatus Ruban dan Walterius Emanuel Heatuban