JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan jumlah kasus Subvarian Omicron XBB.1.5 atau Kraken di Indonesia hingga saat ini berjumlah tiga pasien.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, tiga kasus Kraken itu melibatkan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dan kontak erat.
"Sampai saat ini sudah tiga kasus Kraken di Indonesia, dan umumnya pasien bergejala ringan," kata Nadia di Jakarta, Kamis 2 Februari, disitat Antara.
Adapun ketiga pasien yang dimaksud, dialami seorang pelaku perjalanan asal Polandia saat beraktivitas di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 11 Januari 2023.
Dari hasil penelusuran kontak erat terhadap dua warga DKI Jakarta dan satu warga di Kalimantan Selatan, seluruhnya dinyatakan negatif.
Pasien Kraken berikutnya dilaporkan berasal dari Pamulang, Tangerang Selatan, yang dialami seorang pelaku perjalanan umrah berusia 47 tahun pada 31 Januari 2023.
Pasien perempuan tersebut diketahui sudah memperoleh tiga kali suntikan vaksin COVID-19 dengan interval terakhir suntikan pada 12 Februari 2022.
Nadia menambahkan, vaksinasi COVID-19 memberikan perlindungan terhadap penerima manfaat dalam menekan potensi penularan.
"Vaksin menurunkan risiko penularan, tapi bukan berarti tidak ada penularan. Vaksin efektif menekan risiko sakit berat dan kematian karena perlindungan vaksin mencapai lebih dari 95 persen," tuturnya.
BACA JUGA:
Dari hasil penelusuran kontak erat terhadap sepuluh orang yang berinteraksi dengan pasien di Pamulang, Kemenkes mendeteksi satu di antaranya yang terkonfirmasi positif COVID-19 Subvarian Kraken.
Nadia mengatakan seluruh pasien Kraken hanya mengalami gejala ringan seperti pilek dan batuk, dua di antaranya telah dilaporkan sembuh setelah menjalani karantina di kediaman masing-masing.
Terpisah, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong otoritas terkait untuk mewaspadai penambahan jumlah kasus Kraken di Indonesia.
"Misalnya dengan mendeteksi adanya kemungkinan kasus, artinya dengan tes PCR dan pemeriksaan whole genome sequencing, melakukan pelacakan kontak secara intensif, apalagi karena ini memang lebih mudah menular," katanya.
Tjandra juga menyarankan pemberian vaksin bivalen kepada masyarakat yang efektif untuk varian lama dan juga Omicron. "Sambil nanti secara ilmiah dinilai kembali efektifitas vaksin, kalau akan ada varian maupun subvarian berikutnya di waktu mendatang," tandasnya.