DENPASAR - Pemerintah Provinsi Bali sedang mengupayakan agar pasokan MinyaKita dapat kembali ke pasaran, sehingga kelangkaan jenis minyak goreng tersebut teratasi.
"Untuk masyarakat, minyak goreng khususnya MinyaKita masih kami upayakan bisa berlanjut, di luar itu ada minyak yang sedikit lebih mahal, beda Rp2.000-Rp3.000 mudah-mudahan bisa dijangkau," kata Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati di Denpasar, Selasa, 1 Februari.
Cok Ace, panggilan akrabnya, menyampaikan bahwa kelangkaan MinyaKita terjadi akibat permintaan yang banyak oleh masyarakat Bali, sementara pasokan minyak goreng keluaran pemerintah itu sudah berkurang sejak 2 minggu lalu.
"Saya dengar kemarin saat turun ke pasar, memang pasokannya terlihat ada pembatasan. Jadi masyarakat kalau beli MinyaKita masih Rp14 ribu, yang lainnya ada Rp17 ribu masih terjangkau, Astungkara tidak menjadi persoalan," ujarnya.
Wagub Cok Ace juga membawa kabar baik, di mana ia mendengar bahwa pendistribusian MinyaKita segera dilaksanakan.
Sambil menunggu kepastian tersebut, masyarakat diimbau untuk membeli minyak goreng dengan harga yang tidak berbeda jauh, pilihan merek dan stok minyak goreng juga dipastikan cukup untuk masyarakat sejauh ini.
BACA JUGA:
Wagub Bali juga menegaskan bahwa minyak goreng tidak masuk dalam penyebab inflasi yang tinggi di Pulau Dewata, melainkan produk cabai hingga canang sari yang tercatat di dalamnya.
Sebelumnya, di Jakarta, Senin (30/1), Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyinggung bahwa pendisitribusian MinyaKita akan kembali membanjiri pasaran pada Februari.
Penyebab langkanya stok MinyaKita adalah minat konsumen yang semakin tinggi disertai pasokan CPO dialihkan untuk produksi B35.
"MinyaKita sekarang menjadi tren. Semua orang carinya MinyaKita karena MinyaKita yang dulu itu ada di pasar rakyat dalam bentuk curah, sekarang dikemas sudah bagus, sama dengan minyak-minyak premium," kata Mendag.