Prancis Deteksi Kasus Pertama Varian Baru COVID-19 dari Afrika yang Lebih Mudah Menular
Ilustrasi (Unsplash/Prasesh Shiwakoti)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan Prancis mengonfirmasi kasus pertama varian baru COVID-19 berasal dari Afrika Selatan (Afsel). Pada pertengahan Desember, otoritas Afsel memang telah mendeteksi varian baru viris corona yang disebut 501.V2. Varian baru COVID-19 ini kabarnya lebih mudah menular seperti yang ditemukan di Inggris.

Mengutip France24, Jumat 1 Januari 2021, Varian baru COVID-19 asal Afsel ditemukan di Prancis pada seorang pria yang kembali dari Afsel, rumahnya di wilayah Haut-Rhin yang berbatasan dengan Swiss. Selain di Prancis, mutasi virus corona baru ini juga telah ditemukan di Jepang dan Inggris.

Afsel adalah negara yang paling terpukul oleh COVID-19 di benua Afrika. Lonjakan COVID-19 di Afsel telah membawa negara itu ke lebih dari 1 juta kasus yang dikonfirmasi ketika Presiden Afsel Cyril Ramaphosa mengadakan pertemuan darurat dewan komando COVID-19 nasional. Varian baru virus corona di negara itu, lebih menular dan dengan cepat menjadi dominan di banyak area di Afsel, menurut para ahli. 

Mediclinic International, di antara tiga jaringan rumah sakit swasta teratas di Afsel, mengatakan bahwa peningkatan kasus yang parah telah menempatkan beban yang sangat berat pada sumber daya perawatan kesehatan di Afsel. Staf, peralatan dan tempat tidur untuk memberikan perawatan intensif bagi pasien yang sakit parah sangat terbatas.

“Jumlah pasien yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit kami telah melebihi jumlah sebelumnya selama puncak pertama dan mayoritas ICU dan unit perawatan tinggi kami beroperasi pada kapasitasnya,” kata Mediclinic Internasional, mengacu pada daerah Western Cape.

Perkuat analisis

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara Afrika untuk meningkatkan pengawasan dan analisis genomik melalui jaringan laboratorium sekuensing genom Afrika untuk mendeteksi mutasi baru dan memperkuat upaya untuk mengekang pandemi COVID-19. Analisis lebih lanjut sedang dilakukan untuk menentukan signifikansi epidemiologis penuh dari mutasi ini. Nigeria juga melakukan penyelidikan lebih lanjut pada varian yang diidentifikasi dalam sampel yang dikumpulkan pada Agustus dan Oktober.

“Kemunculan varian baru COVID-19 adalah hal biasa. Namun, virus tersebut memiliki kecepatan penularan yang lebih tinggi atau kemungkinan peningkatan patogenisitas sangat memprihatinkan. Penyelidikan penting sedang dilakukan untuk memahami secara komprehensif perilaku virus mutan baru dan mengarahkan tanggapan yang sesuai,” kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.

Varian baru muncul ketika kasus COVID-19 meningkat di 47 negara di kawasan Afrika, hampir mencapai puncak yang terlihat pada Juli. Dalam 28 hari terakhir, Aljazair, Botswana, Burkina Faso, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Kenya, Namibia, Nigeria, Afsel dan Uganda telah melaporkan jumlah kasus baru tertinggi, terhitung 90 persen kasus merupakan dari penularan wilayah.

Saat ini vaksin COVID-19 belum mencapai Afsel. Padahal Presiden Ramaphosa sudah berharap 10 persen dari 60 juta orang di negara itu akan divaksinasi pada bulan-bulan pertama tahun 2021.