JAKARTA - Ilmuwan menemukan semut mampu mendeteksi kanker dari aroma urine seseorang, saat sejumlah kanker diketahui mampu mengubah bau urine.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal 'Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences' mengungkapkan, semut dapat digunakan sebagai cara yang hemat biaya untuk mengidentifikasi kanker pada pasien.
"Semut dapat digunakan sebagai biodetektor untuk membedakan individu sehat dari yang memiliki tumor," kata penulis studi Prof Patrizia d’Ettorre dari Sorbonne Paris Nord University di Paris, Prancis, melansir The National News 25 Januari.
"Mereka mudah dilatih, belajar dengan cepat, sangat efisien dan tidak mahal untuk dipelihara," sambungnya.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Prof d'Ettorre dan rekan-rekan, di mana mereka menunjukkan bahwa semut mampu "mengendus" sel kanker manusia yang tumbuh di laboratorium.
Untuk studi saat ini, para peneliti memaparkan 70 semut yang termasuk spesies yang dikenal sebagai Formica fusca ke urine dari tikus dengan dan tanpa tumor.
Setelah tiga kali percobaan, semut mampu membedakan antara bau urine tikus sehat dengan tikus yang memiliki tumor.
Semut memiliki sistem penciuman yang sangat sensitif, kata para peneliti.
"Kami melatih mereka dengan pembelajaran asosiatif untuk mengasosiasikan bau tertentu - kanker - dengan hadiah dan, setelah sedikit percobaan, mereka mempelajari asosiasi tersebut," ungkap Prof d'Ettorre.
BACA JUGA:
"Ini lebih mirip dengan situasi kehidupan nyata, daripada menggunakan sel kanker yang dikultur. Kami terkejut dengan betapa efisien dan andalnya semut itu," sambungnya.
Dari situ, peneliti ingin melihat apakah semut bisa melakukan hal yang sama dengan urine manusia.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, anjing dapat mendeteksi kanker melalui bau urine setelah dilatih.
Ada juga perangkat elektronik yang dapat mendeteksi jenis kanker tertentu, seperti kandung kemih, payudara, atau prostat, dari sampel urine.