Tradisi Kekerasan di Dunia Pendidikan, Alumni SMA di Pesanggrahan Jaksel Tatar Junior Berkelahi Asah Mental
Lokasi yang dijadikan tempat para junior berkelahi atas suruhan seniornya/ Foto: Jehan/ VOI

Bagikan:

JAKARTA – Bisa dibilang, viralnya sebuah video yang memperlihatkan orientasi pelajar bertindak kekerasan seharusnya menjadi perhatian bagi lembaga atau institusi pemerintah lingkup Pendidikan. Sebab, adanya aksi kekerasan yang diajarkan senior (alumni) terhadap junior, merupakan pembentukan tradisi kekerasan di dunia Pendidikan. Yang mendorong aksi tawuran sering terjadi.

Mengulas kembali berita sebelumnya, sebuah video memperlihatkan aksi kekerasan yang dilakukan sejumlah pelajar. Belakangan diketahui bahwa mereka (para junior) berkelahi satu sama lain, atas suruhan seniornya, yang sudah lulus (alumni).

Dalam video terliat, kedua pelajar berkelahi dikelilingi teman-temannya. Mereka membiarkan keduanya berkelahi, walau sebatas berlatih. Para pelajar itu merupakan siswa di salah satu SMA di Kawasan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

Menilik lebih dalam mengenai kegiatan berbahaya yang dilakukan para pelajar tersebut, wartawan VOI mendatangi lokasi tempat mereka berlatih. Tepatnya di Jalan Haji Rohimin RT 09/03 , Pesanggrahan.

Selasa, 17 Januari, pukul 16.37 WIB, jalan tersebut merupakan jalan buntu. Sore itu hanya terlihat beberapa orang warga sekitar yang mengamati hewan peliharaannya.

Di sebuah sudut dekat pepohonan rindang dan dipinggir kali Pesanggrahan, tempat dimana para pelajar itu berkumpul dan melakukan kekerasan, perkelahian sesama temannya hanya untuk berlatih.

Jamal, salah satu warga sekitar, mengaku kala itu ia melihat para remaja berkumpul dan terjadi pukul-pukulan. Kata Jamal, aksi itu sudah dua kali terjadi.

“Sabtu atau malam minggu sebelumnnya (7 Januari). Sama kemarin (14 Januari). Jadi mereka melakukannya setiap malam minggu,” kata Jamal saat ditemui di lokasi, Selasa, 17 Januari.

Jamal mengaku melihat aksi itu tidak tega. Namun dirinya tidak berani untuk membubarkan aksi tersebut.

“Saya ada pada Sabtu sore, cuma ya duduk aja. Nggak ngelihat ke sana, tidak tega. Bukannya kita masa bodo atau lepas tanggung jawab atau apa, bukan. Karena kita lihat massa (jumlah),” ucapnya.

Jamal menyebut aksi peloncoaan itu akhirnya berakhir, setelah mereka membubarkan dengan sendirinya.

“Dia bubar dengan sendiri, tidak ada yang membubarkan,” tutupnya.

Kapolsek Pesanggrahan, Kompol Nazirwan membenarkan adanya aksi tersebut. Peristiwa itu terjadi di kawasan Pesanggrahan, pada Sabtu, 14 Januari, pukul 20.30 WIB.

Lebih lanjut, ia menjelaskan kejadian itu diketahui berawal dari laporan dari masyarakat soal adanya insden tersebut.

Atas laporan itu, jajarannya melakukan penyelidikan hingga akhirnya mengambil tindakan dengan mengamankan lima orang remaja yang diduga terlibat dalam insident tersebut. Adalah ARD (21), BTS (21), ARR(24), BS (23), dan MR (34).

“Kita berhasil mengamankan lima orang dengan masing-masing perannya berbeda, dua orang memang terlibat, status alumni dan terlibat dalam kegiatan atau penyelenggaran kegiatan tersebut,” kata Nazirwan saat dikonfirmasi, Senin, 16 Januari.

“Sedangkan tiga orang lainnya adalah warga yang kebetulan melintas dan berada di lokasi serta terekam oleh video yang beredar,’ sambungnya.

Nazirwan mengungkapkan bila kegiatan itu merupakan tradisi di sekolahnya yang dilakukan oleh para alumni terhadap junior-juniornya. Bahkan tradisi ini dilakukan sejak tahun 2008.

“Kegiatan tersebut bersifat orientasi dari alumni kepada adik-adik mereka yang statusnya masih kelas 3.

Sifatnya tradisi, tradisi berupa perebutan jaket dengan konsekuensi begitu jaket tidak didapat,” ucapnya.

“Untuk yang terlibat sejauh ini dari keterangan yang kita dapat, siswa yang terlibat itu lebih kurang sekitar 25 orang,” tambahnya.