JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta mencatat jumlah penduduk miskin di Jakarta menurun 0,08 persen dari periode Maret 2022 ke September 2022. Penurunan angka kemiskinan Jakarta saat ini pertama kali terjadi setelah adanya tren kenaikan kemiskinan selama pandemi COVID-19.
Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Anggoro Dwitjahyono menguraikan, angka kemiskinan Jakarta pada periode September 2022 sebesar 4,61 persen dari populasi penduduk atau menjadi 494,03 orang. Sementara, pada Maret 2022, angka kemiskinan tercatat 502,04 ribu orang.
"Sudah lebih dari dua tahun sejak Pandemi COVID-19 yang menyebabkan angka kemiskinan terus naik, kini perlahan namun pasti angka kemiskinan mulai turun. Jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 7,11 ribu orang selama kurun Maret - September 2022. Penurunan persentase penduduk miskin Maret-September 2022 (0,08 persen) bahkan lebih tinggi dibandingkan periode September 2021 - September 2022 (0,06 persen)," urai Anggoro, Selasa, 17 Januari.
Anggoro berujar, berkurangnya jumlah penduduk miskin ini antara lain dipengaruhi oleh membaiknya beberapa indikator makro ekonomi. Pada periode ini, ekonomi tumbuh 5,94 persen dan pengangguran berkurang 63 ribu orang, dan bahkan menambah 138 ribu tenaga kerja baru.
Pada kondisi ini, dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian Jakarta lambat laun mulai berkurang sejalan dengan semakin meningkatnya mobilitas masyarakat. Perekonomian Jakarta terus tumbuh dan menunjukkan adanya pemulihan.
Ia menjelaskan, perekonomian Jakarta pada triwulan III tahun 2022 tumbuh 5,94 persen bila dibandingkan tahun 2021. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebagai komponen dengan kontribusi terbesar tumbuh 7,75 persen.
"Bahkan, dari sisi lapangan usaha, hampir semua lapangan usaha tumbuh positif. Peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat jelas mendorong perekonomian di Jakarta terus tumbuh," tuturnya.
Sejalan dengan penurunan kemiskinan, untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir sejak pandemi COVID-19, tingkat ketimpangan di Jakarta juga bergerak turun. Artinya, lanjut Anggoro, gap antara pendapatan penduduk pada kelas bawah dan kelas atas menjadi semakin kecil.
Angka ketimpangan pada periode ini sebesar 0,412 atau turun 0,011 persen poin dibandingkan kondisi Maret 2022. Pada periode ini, distribusi penduduk pada kelompok pengeluaran 40 persen terbawah naik 0,39 persen poin menjadi 16,99 persen dibandingkan periode Maret 2022.
BACA JUGA:
"Menurunnya tingkat ketimpangan pada periode September 2022 ini juga sekaligus dibarengi dengan menurunnya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan. Ini merupakan sinyalemen dari membaiknya tingkat kesejahteraan penduduk dalam jangka panjang," jelas Anggoro.