JAKARTA - Densus 88 Antiteror menemukan tempat pelatihan kelompok jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI). Tempat tersebut digunakan untuk melatih teroris muda agar mahir menggunakan senjata, merakit bom, hingga penyergapan.
Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, tempat pelatihan itu berada di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah. Tempat pelatihan ini berbentuk layaknya vila biasa tapi sepi dari aktivitas masyarakat.
"Mereka (teroris muda) dilatih bergaya militer dengan tujuan untuk membentuk pasukan sesuai dengan program yang dibuat oleh pemimpin jaringan ini (JI)," ucap Argo kepada wartawan, Minggu, 27 Desember.
Untuk proses pelatihan para teroris muda, sosok yang menjadi guru adalah Joko Priyono alias Karso. Dia ditunjuk langsung oleh amir atau pimpinan kelompok JI, Para Wijayanto. Para teroris muda ini dilatih sekitar 6 bulan.
Dalam dunia terorisme, Karso merupakan teroris yang cukup mahir. Dia ditangkap pada 2019 lalu dan telah berstatus narapidana dengan masa hukuman lebih dari 3 tahun penjara.
“Mereka mempersiapkan generasi muda ini dengan tujuan untuk menjadi pemimpin masa depan jaringan ini (JI),” sambung Argo Yuwono.
Selain itu, untuk melatih para teroris muda, Karso tidak sendirian. "Pak Karso ini dalam merekrut peserta, dia juga merekrut pelatih. Ada 8 pelatih yang direkrut Pak Karso, ini digunakan untuk melatih murid (teroris muda)," tururnya.
Tempat pelatihan ini pun diduga sudah lama digunakan. Dari hasil penelusuran pelatihan bagi para teroris muda sudah belangsung sejak 9 tahun lalu. Bahkan setidaknya ada 12 lokasi yang dijadikan tempat pelatihan.
"Perekrutan generasi muda JI sejak tahun 2011," ungkap Argo Yuwono.
BACA JUGA:
Pola perekrutan para teroris muda, sambung Argo, dengan cara mencari anak-anak cerdas dari beberapa pondok pesantren. Mereka mencari santri yang mendapat peringkat 1 hingga10 di pondok pesantrennya.
"Tiap angkatan 10-15 orang dari Pulau Jawa dan dari luar Pulau Jawa. Total 95 orang yang sudah dilatih dan terlatih," kata Argo.
Dalam penyeleksian teroris muda, Karso memilih dengan selektif. Dia mempertimbangkan kemampuan individu dan berbagai hal lainnya dari para santri.
"Ada yang dipilih, dilihat mentalnya kemudian bagaimana posturnya dan bagaimana ideologinya," tambah Argo.
Dari pola perekrutan yang sudah berjalan cukup lama ini, Karso sudah membentuk 96 teroris muda. Mereka terbagi menjadi 7 generasi atau angkatan.
Setelah menjalani pelatihan mereka bakal dikirim ke Suriah. Para teroris muda ini sudah dikirim sejak 2013-2018 dengan dana yang sudah disiapkan oleh jaringan tersebut.
"Dari 96 ini yang kemudian berangkat ke Suriah ada 66. Dan tentunya kenapa 66? Kenapa nggak 96? Karena ada beberapa yang sudah kita lakukan penangkapan," kata dia.
Sementara untuk pendanaan kelompok ini berasal dari sumbangan para pengikutnya. Jumlahnya mencapai 6 ribu orang dan mereka semua rela menggelontorkan dana untuk kegaitan kelompok ini.
Bahkan, Argo berandai jika setiap pengikut kelompok JI menyumbang Rp100 ribu maka uang yang akan terkumpul dari sumbangan itu mencapai Rp60p juta. Tapi banyak di antara mereka yang menyumbang dengan nominal yang mencapai puluhan juta.
"Tetapi banyak juga yang mengirim tidak seratus ribu, ada yang 10 hingga 25 juta, bervariasi," ungkap Argo.
Dengan sumbangan itu, kelompok ini bisa mendapat dana segar untuk memberangkatkan para teroris muda ke Suriah. Diperkirakan untuk memberangkatkan satu angkatan membutuhkan dana Rp300 juta.
Selain itu, uang tersebut juga digunakan untuk membayar gaji 8 pelatih hingga memenuhi kebutuhan para teroris muda. Berdasarkan keterngan Karso, untuk pelatihan biaya setiap bulannya mencapai Rp65 juta.
"Rp65 juta untuk bayar pelatih, makan selama pelatihan, dan juga untuk beli obat-obatan," kata dia.