Bagikan:

JAKARTA - Densus 88 Antiteror mengungkap kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) melakukan pola perekrutan teroris muda melalui pondok pesantren sejak 9 tahun lalu. Para santri yang dipilih itu kemudian dilatih secara khusus.

"Perekrutan generasi muda JI sejak tahun 2011," kata Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono kepada wartawan, Senin, 28 Desember.

Selama ini, kata Argo, puluhan teroris muda sudah direkrut. Mereka dilatih secara khusus di beberapa lokasi berbeda. Berdasarkan pemeriksAan terhadap narapidana teroris Joko Priyono alias Karso ada 12 lokasi pelatihan yang salah satunya di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah. 

Bahkan untuk melatih para teroris muda, Karso menujuk beberapa pelatih. Mereka mengajarkan para teroris muda cara bela diri, menggunakan senjata tajam dan api hingga merakit bom.

"Pak Karso ini dalam merekrut peserta, dia juga merekrut pelatih. Ada 8 pelatih yang direkrut Pak Karso, ini digunakan untuk melatih murid (teroris muda)," ungkap Argo.

Argo menyebut ada 96 teroris muda yang sudah direkrut. Tapi hanya sebagaian besar yang diberangkatkan ke Suriah. Sebab, sisanya sudah ditangkap sebelum diberangkatkan.

"Dari 96 ini yang kemudian berangkat ke Suriah ada 66. Dan tentunya kenapa 66? Kenapa nggak 96? Karena ada beberapa yang sudah kita lakukan penangkapan," kata dia.

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror membeberkan hasil penelurusan soal pendanaan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI). Kelompok ini mengumpulkan uang ratusan juta untuk memberangkatkan para teroris muda ke Suriah.

"Sekitar Rp300 juta untuk memberangkatkan ke Suriah untuk 10 sampai 12 orang (teroris muda)," kata Argo.

Dalam mengumpulkan uang yang tak sedikit itu, sambung Argo, kelompok teroris ini menerima sumbangan dari para pengikutnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap narapidana teroris Joko Priyono alias Karso jumlah pengikut kelompok ini mencapai ribuan orang.

"Pendanaan ada dari anggotanya. Anggotanya yang aktif sekitar 6 ribu orang," ungkap Argo.

Para pengikut kelompok ini terbilang royal. Sebab, tak jarang beberapa di antara mereka menyumbang hingga puluhan juta rupiah. Tapi tak sedikit juga yang hanya menyumbang ratusan ribu.

Penggunaan uang itu pun tak hanya untuk memberangkatan para teroris muda. Sebab, uang itu digunakan untuk membiayai selama mereka dilatih. 

"Tetapi banyak juga yang mengirim tidak seratus ribu, ada yang 10 hingga 25 juta, bervariasi," ujar Argo

"Rp65 juta untuk bayar pelatih, makan selama pelatihan dan juga ada untuk beli obat-obatan," sambung dia.