Jawa Tengah yang Makin Ramah untuk UMKM Lewat Bantuan Permodalan
Photo by Awan on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Tengah terus tumbuh positif sejalan dengan masa pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi.

Pemprov bersama Bank Pembangunan Daerah (BPD) atau Bank Jateng membuktikan komitmennya terhadap UMKM lewat penguatan akses permodalan dan kapasitas pelaku UMKM melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Pada tahun 2022, Pemprov Jateng diketahui menyalurkan KUR hingga Rp55,27 triliun. Tak heran, daerah ini dinobatkan sebagai provinsi penyalur KUR untuk UMKM terbesar se-Indonesia.

Posisi Jateng dalam penyaluran KUR mengungguli Jawa Timur dan Jawa Barat, masing-masing dengan nilai penyaluran sebesar Rp54,33 triliun dan Rp42,15 triliun.

Berkat maksimalnya akses pembiayaan UMKM, optimisme masyarakat pun semakin menguat.

Berdasarkan data Pemprov Jateng, jumlah UMKM binaan terus mengalami kenaikan sejak tahun 2018 sebanyak 143.738; tahun 2019 sebanyak 161.458; tahun 2020 sebanyak 167.391; tahun 2021 sebanyak 173.431; dan tahun 2022 sebanyak 178.821.

UMKM berdasarkan sektor di triwulan 4 tahun 2022, yakni dari sektor produksi sebanyak 64.115; pertanian sebanyak 28.373; perdagangan sebanyak 65.391; dan jasa sebanyak 20.942.

Sedangkan jumlah tenaga kerja UMKM binaan yakni sudah mencapai 1.320.953 orang. Naik dari tahun 2018 sebanyak 1.043.320; tahun 2019 sebanyak 1.293.240; tahun 2020 sebanyak 1.298.007; tahun 2021 sebanyak 1.311.015; dan tahun 2022 sebanyak 1.320.953.

Kenaikan UMKM binaan juga diikuti dengan kenaikan omset dan asset. Untuk omset, tahun 2018 sebesar Rp55,69 triliun; tahun 2019 sebesar Rp67,55 triliun; tahun 2020 sebesar Rp67,08 triliun; tahun 2021 sebesar Rp68,24 triliun; dan 2022 sebabnyak Rp68,48 trliiun.

Pelaku UMKM, Yuni (55), tak pernah menyangka, kucuran kredit Bank Jateng telah memberinya berkah bagi keluarga. Berkat suntikan modal, warga Kota Semarang itu bisa melanjutkan bisnis UMKM-nya, berupa kerajinan tangan dan snack, yang digeluti sejak 2006 silam.

Yuni mengajukan pinjaman modal melalui program Kredit Mitra Jateng 25 sebesar Rp 25 juta, dengan suku suku bunga tiga persen. Sebenarnya dia berharap mendapatkan KUR, tapi saat itu kuotanya sudah penuh.

Pinjaman itu kemudian dimanfaatkan untuk modal usaha, di antaranya membeli bahan baku. Sebelumnya, dia mengaku usahanya kurang optimal, karena terbentur akses permodalan.

”Saat mengurus di Kantor Cabang Pembantu (KCP) Pasar Johar, semua proses sangat mudah dan nggak berbelit-belit. Yang bikin senang, pencairannya cepat, cuma dua hari,” kata Yuni, Jumat 13 Januari.

Bisnis yang diberi nama ‘Yuni Kreasi, sempat limbung saat pandemi. "Dengan pinjaman itu, kami sangat terbantu. Selain angsurannya ringan sekitar Rp 660 ribu per bulan, bunganya juga rendah, hanya tiga persen. Berkat usaha ini, kami bisa menguliahkan anak sampai lulus dan beli motor,” tutur ibu satu anak ini.

Kemudahan mengajukan kredit di bank plat merah itu juga dirasakan Ahmad Fadlan. Nasabah asal Mranggen, Kabupaten Demak itu, pada 2022 mengajukan pinjaman melalui jalur KUR, dengan plafon Rp400 juta beserta bunga ringan 0,2 persen.

Pinjaman itu kemudian dimanfaatkan untuk mengembangkan toko yang diberi nama ‘Nisa Hijab’, yang dikelola bersama sang istri.

Dia menambahkan, kini usaha toko busana islaminya yang beromzet sekitar Rp40 juta per bulan, telah berkembang. Fadlan pun mengaku bersyukur mendapatkan KUR ini, dan tetap menaruh kepercayaan kepada Bank Jateng.

Selama dua periode kepemimpinan Gubernur Ganjar Pranowo, Jateng telah menjadi provinsi yang menjadi kiblat atau rujukan UMKM di level Nasional. Menurut Ganjar, capaian itu merupakan hasil kinerja pemprov, beserta seluruh pihak.