Bagikan:

JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Partia menyebut, ada tiga faktor yang menyebabkan Jakarta selalu menjadi provinsi dengan kasus positif terbanyak.

Pertama, karena Jakarta meningkatkan jumlah tracing dan pemeriksaan baik dengan metode rapid test ataupun PCR. Sehingga, jumlah yang terdeteksi semakin banyak.

"DKI jakarta itu selalu meningkatkan tes PCR ya. Angkanya sudah 8 bahkan 9 kali sepekan itu dalam standar yang disarankan oleh WHO," ucap Riza kepada wartawan, Minggu, 27 Desember.

Kedua, sambung Riza, danya beberapa rumah sakit yang terlambat mengirimkan hasil pemeriksaan PCR. Sehingga, terjadi penumpukan data dan berpengaruh pada jumlah data harian kasus COVID-19.

"Peningkatan itu juga disebabkan karena akumulasi dari penjumlahan data PCR beberapa hari sebelumnya dari beberapa rumah sakit yang memang belum dimasukan atau terlambat," ungkap dia.

Terakhir, tingginya kasus positif di Jakarta juga dipengaruhi dengan masyarakat yang masih membandel dengan bepergian saat hari libur. Padahal, Pemerintah Provinsi (Pemprov) sudah berulang kali mengimbau kepada masyarakat untuk tetap di rumah.

"Memang ada penambahan disebabkan oleh libur dan lain sebagainya. Untuk itu kami terus meminta kepada masyarakat di hari libur panjang ini untuk tetap berada di rumah ya. Tidak perlu keluar rumah apalagi ke luar daerah ya," kata dia.

Adapun berdasarkan data Kementerian Kesehatan, DKI Jakarta memiliki 2.058 kasus baru dan total 173.929 kasus positif per 26 Desember. Sehingga, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan akumulasi kasus terbanyak se-Indonesia.