PADANG - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat segera melakukan evakuasi terhadap pendaki yang berada di Gunung Marapi, akibat gunung itu erupsi.
Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono mengatakan evakuasi dilakukan setelah adanya informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), apakah kondisi erupsi mulai menurun apa tidak.
"Apabila erupsi menurun baru kita lakukan penyisiran. Tentunya kondisi ini juga untuk keselamatan tim evakuasi nantinya," katanya dilansir ANTARA, Sabtu, 7 Januari.
Dia mengatakan ada sebanyak 40 orang pendaki berada di Gunung Marapi saat erupsi pada Sabtu (7/1) sekitar pukul 06.11 WIB.
"Sebanyak 20 orang melakukan pendakian pada Kamis (5/1) dan 20 orang lagi melakukan pendakian pada Jumat (6/1)," katanya merujuk berdasarkan data pengunjung yang tercatat di Pos BKSDA Gunung Marapi.
Seluruh pendaki, rata-rata hanya mendirikan tenda pada tebing batu bawah.
Namun, kata dia, 20 orang pendaki tersebut sudah menuju turun ke bawah, sementara 20 pendaki lainnya masih di cadas.
"Ke 20 orang pendaki kemungkinan sudah mulai turun ke bawah," katanya.
Sebelumnya, BKSDA Sumbar telah menutup jalur pendakian ini pada akhir tahun 2022 sampai 2 Januari 2023.
BACA JUGA:
Dengan kondisi erupsi, maka BKSDA Sumbar kembali menutup jalur pendakian pada Sabtu ini.
"Salah satu alasan mengapa ditutup jalur pendakian pada Desember 2022 sampai 2 Januari 2023, akibat aktivitas gempa meningkat," kata Ardi Andono.
Gunung Marapi erupsi pada Sabtu (7/1) sekitar pukul 06:11 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 300 meter di atas puncak (± 3.191 meter di atas permukaan laut).
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah tenggara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 13.4 mm dan durasi sekitar 45 detik
Saat ini Gunung Marapi berada pada Status Level II atau waspada dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunungapi Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung Marapi pada radius tiga kilometer dari kawah/puncak.