Kalimat Terakhir Benediktus XVI Beberapa Jam Sebelum Meninggal: Tuhan, Aku Mencintaimu
Foto via Facebook @vaticannews

Bagikan:

'Tuhan, aku mencintaimu!'

JAKARTA - Kalimat itulah yang terdengar oleh salah seorang perawat Paus Emeritus Benediktus XVI. Kalimat penuh makna sebelum akhirnya Paus Emeritus Benediktus XVI menghembuskan napasnya yang terakhir.

Uskup Agung Gänswein yang menceritakan kata-kata terakhir Paus Emeritus Benediktus XVI pada malam hari beberapa jam sebelum dia meninggal.

Kata-kata terakhir Paus Emeritus Benediktus XVI itu terdengar di tengah malam oleh seorang perawat. Saat itu sekitar jam 3 pagi tanggal 31 Desember, beberapa jam sebelum pria dengan nama lahir Joseph Aloisius Ratzinger itu meninggal.

Perawat itu belum berganti jam jaganya. Saat itu, dia dan asistennya memang bergantian dalam perawatan.

Uskup Agung Georg Gänswein, menceritakan secara emosional kejadian tersebut.

"Hanya dengan bisikan suara, tetapi dengan cara yang dapat dibedakan dengan jelas, berkata dalam bahasa Italia: 'Tuhan, aku mencintaimu!' Saya tidak ada di sana saat itu, tetapi perawat memberi tahu saya tentang hal itu tidak lama kemudian. Ini adalah kata-kata terakhirnya yang dapat dipahami, karena setelah itu dia tidak lagi dapat mengekspresikan dirinya," kata dia dikutip dari Vatican News, Selasa 3 Januari.

Kalimat itu seperti gambaran kehidupan Joseph Ratzinger, yang selama bertahun-tahun telah mempersiapkan diri untuk bisa bertemu dengan penciptanya.

Paus Emeritus Benediktus XVI bukan hanya seorang teolog yang baik. Dia adalah komunikator yang terampil sepanjang hidupnya.

Reputasinya sebagai seorang teolog besar diakui dengan suara bulat. Namun sosok Joseph Ratzinger juga harus dikenal sebagai seorang komunikator yang luar biasa.

Pertama-tama, sebagai seorang teolog, dia mendemonstrasikan bahwa bahkan topik yang sangat intelektual pun dapat dijelaskan kepada orang awam dan dapat dijangkau oleh khalayak luas, tidak hanya spesialis.

Benediktus XVI adalah Paus pertama yang bertemu dengan para korban pelecehan seksual oleh anggota klerus, tindakan yang sangat penting dan kekuatan komunikatif di mana Ratzinger mengutamakan mendengarkan.