Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2020 masih berada di zona negatif yakni minus 0,9 persen hingga 2,9 persen. Meski membaik dari kuartal III tahun ini, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi.

Padahal, sebelumnya Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV ini bakal mendekati 0 persen.

"Keseluruhan outlook pada kuartal IV ini minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen dan keseluruhan 2020 outlook-nya adalah di minus 1,7 hingga minus 2,2 persen," jelasnya, konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Senin, 21 Desember.

Bendahara negara ini mengatakan, proyeksi tersebut terjadi lantaran konsumsi masyarakat atau konsumsi rumah tangga masih akan tertekan di akhir tahun ini. Ia memperkirakan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV di kisaran minus 3,6 persen hingga minus 2,6 persen. Sedangkan konsumsi pemerintah tumbuh 3,1 persen hingga 5,1 persen.

"Karena COVID-19 meningkat pesat di bulan Desember ini dan langkah-langkah untuk melakukan pembatasan sosial mulai diketatkan, sehingga konsumsi tidak bisa terjadi normalisasi lebih cepat dari seperti yang diprediksi semula," ucapnya.

Sementara itu, pertumbuhan investasi diprediksi minus 4 persen sampai minus 4,3 persen, dan ekspor diprediksi minus 0,6 persen sampai minus 2,6 persen.

Terkait impor, masih mengalami kontraksi pada kuartal III. Sedangkan pada kuartal terakhir 2020 sudah menunjukkan perbaikan. Impor diprediksi minus 15,5 persen sampai minus 18,3 persen di kuartal terakhir tahun ini.

Kata Sri Mulyani, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi countercyclical di masa pandemi ini karena tumbuh mencapai 20 persen. Di sisi lain, belanja bantuan sosial pemerintah juga mengalami pertumbuhan mencapai 80 persen.

"Kita lihat ini tidak bisa mengangkat keseluruhan karena faktor-faktor agregat demand seperti konsumsi, investasi, dan ekspor masih belum menunjukkan pemulihan yang sangat kuat meski sudah terjadi pembalikan," tuturnya.