Banjir Bandang di Boalemo Gorontalo, Bupati Akui Alih Fungsi Hutan Jadi Perkebunan Jagung Penyebabnya
Salah satu perbukitan yang berubah menjadi kebun di Kabupaten Boalemo. ANTARA/Debby Mano

Bagikan:

GORONTALO - Bupati Boalemo, Gorontalo, Hendriwan, mengakui alih fungsi lahan yang sebelumnya hutan menjadi area perkebunan jagung, menjadi penyebab parahnya banjir bandang di daerahnya.

Menurut Bupati Hendriwan, bentang alam Kabupaten Boalemo dipenuhi perbukitan dan pegunungan. Namun kebutuhan pertanian monokultur dengan komoditas jagung telah membuat warga terpaksa mengubahnya menjadi kebun.

"Proses tersebut telah berlangsung lama, sehingga areanya semakin meluas. Banyak bukit yang tadinya hutan sekarang berubah jadi kebun, kelerengan yang curam juga memperparah banjir,” kata Hendriwan di Gorontalo dilansir ANTARA, Kamis, 22 Desember.

Dia menjelaskan banjir juga dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi, yang mengguyur di area tangkapan air terutama di bagian hulu.

Bagian hulu yang telah berkurang tutupan lahannya tidak dapat menahan air, sehingga mengalir ke arah hilir dengan cepat.

“Ada intake di bagian atas yang jebol, tidak mampu menampung air,” kata Hendriwan.

Aliran air ke arah hilir menggerus sedimen dan membawa material batuan, terutama di wilayah perbukitan yang memiliki kelerengan curam.

“Semakin ke bawah alirannya semakin besar sehingga tidak mampu ditampung badan sungai. Akibatnya Sungai Tilamuta meluap, menggenangi permukiman warga dan merendam fasilitas umum,” ujarnya.

Di Kecamatan Tilamuta terdapat beberapa desa yang menjadi korban banjir antara lain di Desa Piloliyanga, Limbato, Lamu, Mohunggo, dan Hungayonaa.

Banjir bandang juga terdampak pada ribuan orang yang tinggal di Kecamatan Dulupi dan di Desa Karya Murni Kecamatan Paguyaman.

Dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boalemo, banjir bandang ini menyebabkan 2.061 kepala keluarga (KK) atau 6612 jiwa warga terdampak.