DENPASAR - Jembatan dermaga runtuh di Pelabuhan Toya Pakeh, Nusa Penida, pada Kamis, 15 Desember lalu. Saat kejadian, ada 35 penumpang yang berada di atas jembatan.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta, menjelaskan insiden itu terjadi sekitar pukul 16.45 WITA. Posisi buritan kapal yang berada di ujung jembatan penghubung mengakibatkan penumpang mengantri di atas jembatan.
"35 penumpang berdiri di atas jembatan, sehingga struktur tidak kuat menahan beban. Jembatan sepanjang 16,74 meter dengan lebar 1,5 meter tersebut patah pada jarak 6 meter dari dermaga yang menyebabkan 30 penumpang terjatuh ke laut," kata Samsi, seperti dinukil dari Antara.
Dia kemudian menyampaikan, jembatan dermaga yang runtuh di Pelabuhan Toya Pakeh, Nusa Penida, adalah proyek yang berada di luar Pelabuhan Segitiga Sanur-Sampalan-Bias Munjul.
"Pekerjaan Pelabuhan Toya Pakeh adalah pekerjaan yang terpisah dan tidak ada kaitannya dengan Pelabuhan Segitiga Sanur-Sampalan-Bias Munjul, pelabuhan ini sudah beroperasi sejak tahun 1990 dan merupakan aset dari Kementerian Perhubungan RI," kata Samsi di Denpasar.
Kadishub Bali itu juga menuturkan bahwa jembatan penghubung antara dermaga utama dan dermaga apung Pelabuhan Toya Pakeh dikerjakan Satker Strategis Ditjen Perhubungan Laut di Jakarta tahun 2022.
"Pelaksana tersebut sudah melakukan PHO dan memasuki masa pemeliharaan. Pada tanggal 12 Desember sudah dilakukan sosialisasi dan uji coba pemanfaatan dengan beberapa kondisi yang dipersyaratkan termasuk perlunya pembatasan jumlah penumpang yang diperbolehkan ada di atas jembatan penghubung pada saat bersamaan," ujarnya.
Paket pekerjaan dermaga Toya Pakeh sendiri, kata dia, dilakukan secara bertahap, dengan tahap awal mencakup pembangunan sisi laut, dan selanjutnya revitalisasi terminal agar menyesuaikan dengan Pelabuhan Sanur-Sampalan-Bias Munjul.