JAKARTA - Para pengusaha yang tergabung di dalam kamar dagang dan industri Indonesia (Kadin) mencemaskan aksi demonstrasi 1812 yang dilakukan PA 212 di Istana Negara, Jakarta Pusat. Sebab berpotensi meningkatkan penularan kasus COVID-19.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang berujar yang dikhawatirkan oleh pelaku usaha ketika ada demontrasi atau pengumpulan massa adalah kluster baru yang mengakibatkan angka penyebaran semakin naik.
Lebih lanjut, ia mengatakan, jika kasus positif COVID-19 semakin tinggi akibat aksi demontrasi, maka pemerintah akan semakin memperketat kegiatan masyarakat, dan ujung-ujungnya dunia usaha yang kena imbasnya.
"Kalau hal itu sampai terjadi tentu psikologi kami pengusaha pasti semakin kawatir. Karena dampaknya adalah aktivitas usaha yang akan semakin dibatasi. Jika angkanya penyebaran semakin meningkat, maka terbuka kemungkinan pemerintah memberlakulan PSBB yang lebih ketat yang pastinya akan membatasi operasional dunia usaha," katanya, kepada VOI, di Jakarta, Jumat, 18 Desember.
Sarman menjelaskan, jika Aksi 1812 tak mengindahkan protokol kesehatan dan membuat penyebaran COVID-19 semakin masif, itu bakal menyebabkan pemulihan ekonomi juga berjalan lambat.
"Per hari ini saja jam operasional mal, restoran, kafe, pusat hiburan sudah dibatasi sampai jam 19.00 WIB. Tentu sangat menutup naiknya omzet pengusaha di masa libur Natal dan Tahun Baru," tuturnya.
Tak hanya aktivitas usaha yang akan semakin dibatasi, kata Sarman, yang juga dikhawatirkan para pengusaha adalah dampak dari tingginya kasus COVID-19 akan membuat ketidakpastian terhadap dunia usaha.
BACA JUGA:
"Dampak lain tentu menambah ketidakpastian bagi kalangan dunia usaha, termasuk para Investor tentu akan wait and see jika kondisi kurang kondusif," ucapnya.
Seperti diketahui, aksi demonstrasi 1812 menuntut dibebaskannya Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab terjadi di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Bukan hanya berkerumun, massa aksi juga tampak tidak menggunakan masker dengan benar dan tidak menjaga jarak.
Menanggapi hal ini, epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menilai hal ini akan menimbulkan potensi penularan COVID-19 yang cukup tinggi di tengah massa tersebut.
"Berkerumun saja sudah meningkatkan penularan. Apalagi enggak pakai masker, enggak jaga jarak. Ya itu penularannya akan sangat tinggi," kata Miko saat dihubungi VOI, Jumat, 18 Desember.
Meski begitu, dia menilai memang tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya aksi demonstrasi serupa digelar. Sebab, masyarakat memang memiliki hak untuk menyatakan pendapatnya dan ini diatur dalam undang-undang.