JAKARTA - Beberapa negara seperti Amerika, Kanada, Uni Emirat Arab, dan Inggris, sudah mulai melakukan vaksinasi COVID-19 sebagai upaya pencegahan spesifik terhadap penularan virus yang merenggut banyak korban.
Indonesia juga sedang mempersiapkan vaksinasi COVID-19, di mana saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sedang mengevaluasi keamanan dan efektivitas vaksin yang tiba di Indonesia beberapa waktu lalu.
Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, menanggapi dinamika di masyarakat yang sudah tidak sabar menunggu tahapan selanjutnya dari program vaksinasi ini. Ia melihat kecenderungan banyak orang berspekulasi tentang vaksin.
"Padahal ini masih berproses, Badan POM masih melakukan kajian-kajian dan tidak akan ada vaksinasi apapun sebelum izin dari Badan POM keluar. Ini adalah upaya pemerintah untuk memastikan, vaksin yang kita gunakan betul-betul aman dan efektif," ujar Dirga dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Rabu 16 Desember.
Ia mengatakan hal itu dalam acara Dialog Produktif bertema "Vaksin: Fakta dan Hoaks", yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa 15 Desember.
Proses vaksinasi dinilai sebagai upaya pemerintah dalam menangani pandemi. Ia mengajak masyarakat untuk tidak berdiam diri, demi menyembuhkan ekonomi yang sedang terpukul.
"Oleh karena itu perlu ada upaya-upaya ekstra, yaitu protokol kesehatan harus dijalankan secara konsisten, dengan adanya vaksinasi nanti diharapkan akan membantu, karena vaksin memberi proteksi yang bersifat spesifik," jelas Dirga.
Sementara itu, lanjut dia, COVID-19 memiliki spektrum gejala yang luas pada penderitanya, mulai dari tidak bergejala sama sekali hingga bergejala berat yang menyebabkan proses identifikasi pasien menjadi semakin sulit.
BACA JUGA:
"Bahkan penelitian menunjukkan bahwa 40 persen pasien COVID-19 tidak bergejala. Meskipun begitu, penting untuk diketahui, baik bergejala atau tidak, semua pasien COVID-19 ini bisa menularkannya ke orang lain," terang Dirga lebih lanjut.
Masyarakat bagaimanapun, harus tetap menjalankan protokol kesehatan 3M. Protokol kesehatan ini menurut Dirga, jangan sampai jadi slogan saja, sampai nanti setelah divaksinasi.
"Karena setiap upaya pencegahan tidak ada yang sempurna, jadi kita harus betul- betul melakukan semuanya," tuturnya.
Terkait dengan program vaksinasi yang sedang difinalisasi pemerintah, Dirga menanggapi, setiap negara punya kebijakan berbeda-beda dalam memprioritaskan warga negara mana yang lebih dulu mendapatkan vaksinasi.
"Indonesia memprioritaskan tenaga kesehatan terlebih dahulu yang kesehariannya langsung merawat pasien-pasien COVID-19, dan khusus di Indonesia juga, vaksin diberikan kepada penduduk berusia 18-59 tahun. Vaksin diberikan pada orang sehat sebagai upaya pencegahan. Dalam konteks pandemi COVID-19, bagi pasien yang sudah sembuh tidak menjadi sasaran prioritas karena dianggap sudah memiliki kekebalan," kata Dirga.
Percaya Vaksin
Cherryl Hatumesen, Penyintas COVID-19 membenarkan keterangan dr. Dirga, karena selaku penyintas, ia awalnya tidak merasakan gejala berat sebelum akhirnya melakukan tes swab dan terbukti positif.
"Virus COVID-19 ini benar-benar ada, jadi sambil menunggu vaksin nanti, protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak), harus dijalankan. Selain itu dalam menghadapi COVID-19 memang perlu kedewasaan diri, untuk tidak takut mengakui apabila tertular agar bisa melindungi orang-orang di sekitar kita," tutur Cherryl.
Menanggapi dinamika di masyarakat terkait vaksin ini, Cherryl Hatumesen mengatakan, di luar sana memang masih ada yang tidak antusias dengan kedatangan vaksin COVID-19 ini, padahal kelompok- kelompok yang anti vaksin ini termasuk golongan yang cukup berpendidikan.
"Kalau saya belum kena COVID-19, saya pasti mau divaksin langsung," ungkapnya.