Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara mengatakan pihaknya menembakkan lebih dari 130 peluru artileri ke laut lepas pantai timur dan baratnya pada Senin setelah mendeteksi latihan militer di Korea Selatan.

Beberapa peluru mendarat di zona penyangga dekat perbatasan laut yang menurut Seoul merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antar-Korea 2018 yang dirancang untuk mengurangi ketegangan.

Militer Korea Selatan mengirim beberapa komunikasi peringatan ke Korea Utara atas penembakan tersebut, kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 5 Desember.

Militer Korea Utara melakukan penembakan setelah mendeteksi lusinan "proyektil" yang ditembakkan di Korea Selatan dekat perbatasan bersama, lapor kantor berita negara KCNA, mengutip juru bicara Staf Umum Tentara Rakyat Korea.

"Musuh harus segera menghentikan tindakan militer yang menyebabkan peningkatan ketegangan di daerah dekat garis depan, di mana pengawasan visual dimungkinkan," kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya, memperingatkan bahwa Korea Utara akan menanggapi dengan tegas dan dengan tindakan militer yang luar biasa terhadap setiap provokasi.

"Kami dengan tegas memperingatkan musuh untuk tidak menimbulkan eskalasi ketegangan yang tidak perlu di sepanjang garis depan," tegas juru bicara itu.

Terpisah, Kepala Staf Gabungan (JCS) mengatakan pihaknya mendeteksi tembakan artileri, yang diduga melibatkan beberapa peluncur roket, dari wilayah Kumgang di Provinsi Kangwon dan Tanjung Jangsan di Provinsi Hwanghae Selatan, mulai pukul 14:59.

Peluru-peluru itu mendarat di zona penyangga maritim di utara Garis Batas Utara (NLL), perbatasan laut de facto, yang ditetapkan berdasarkan perjanjian militer antar-Korea yang ditandatangani pada 19 September 2018, untuk mengurangi ketegangan perbatasan.

JCS menyampaikan peringatan kepada Korea Utara beberapa kali, menunjukkan pelanggaran perjanjian militer dan menyerukan penghentian segera provokasi, kata JCS dalam pesan teks yang dikirimkan kepada wartawan.

"Penembakan artileri ke zona penyangga maritim timur dan barat jelas merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan militer 19 September dan kami sangat mendesak Korut untuk segera menghentikannya," seru JCS, seperti mengutip Korea Times.

Diketahui, Perjanjian Militer Komprehensif (CMA) 2018 adalah kesepakatan paling substantif yang dihasilkan dari pertemuan berbulan-bulan antara pemimpin Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan saat itu Moon Jae-in.

Korea Selatan dan Amerika Serikat melakukan latihan menembak bersama di darat di dekat perbatasan, Kabupaten Cheorwon di tengah semenanjung pada Hari Senin. Latihan mereka akan dilanjutkan pada Hari Selasa.

Sekutu telah meningkatkan latihan militer bersama tahun ini, dengan mengatakan perlu untuk mencegah Korea Utara yang bersenjata nuklir, yang telah melanjutkan pengujian rudal balistik antarbenua jarak jauhnya untuk pertama kalinya sejak 2017, dan telah membuat persiapan untuk melanjutkan uji coba nuklir.

Sementara, Korea Utara mengkritik latihan bersama itu sebagai bukti kebijakan bermusuhan Washington dan Seoul.