Airlangga: Masih Seret, Ekonomi Indonesia di Kuartal IV Bisa Negatif 2 Persen
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Dok. Setkab)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan, ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun ini akan mengalami pertumbuhan antara minus 2 hingga hingga positif 0,6 persen.

Airlangga menyatakan proyeksi itu dapat terjadi jika momentum pemulihan yang mulai terjadi pada kuartal III yaitu terkontraksi 3,49 persen dari minus 5,32 persen di kuartal II dapat terjaga.

"Ini menunjukkan pertumbuhan quartal to quartal 5,05 persen. Jika momentum ini kita bisa jaga, pertumbuhan di kuartal IV diperkirakan minus 2 persen sampai positif 0,6 persen," katanya, dalam diskusi virtual, Senin, 14 Desember.

Mantan Menteri Perindustrian ini mengatakan, realisasi pertumbuhan ekonomi yang terjadi dari kuartal II ke kuartal III menunjukkan bahwa Indonesia telah melewati titik terendah atau rock bottom sehingga peluang pemulihan harus terus dijaga.

Lebih lanjut, ia mengatakan, Indonesia memiliki peluang perbaikan ekonomi hingga tumbuh 0,6 persen karena telah terdapat peningkatan permintaan domestik dan keyakinan konsumen yang tercermin dari meningkatnya konsumsi rumah tangga.

"Perbaikan ekonomi di negara maju dan berkembang terkait dengan PMI Manufaktur di berbagai negara sudah mulai positif dan di Indonesia juga sudah 50,6," tuturnya.

Tak hanya itu, tingkat inflasi yang tetap terjaga di level 1,59 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada November juga merupakan pendorong terjadinya pertumbuhan lebih baik pada kuartal IV.

Kata Airlangga, beberapa sektor turut memberikan pertumbuhan positif seperti pertanian, perkebunan, pendidikan, informasi dan telekomunikasi, kesehatan, serta kegiatan sosial.

"Di samping itu, industri pengolahan, perdagangan, dan konsumsi yang berkontribusi besar terhadap PDB juga mengalami positif," katanya.

Sementara itu, kata Airlangga, di pasar keuangan walaupun terjadi penurunan, indikator IHSG kembali kepada level sebelum terjadi COVID-19 yaitu di level 5.900 dan kurs rupiah kembali menguat Rp14.100.

Lebih lanjut, ia mengatakan, aliran modal sudah kembali ke Indonesia dan tentu ini merupakan confident yang terus didorong. Selain itu, ini juga menunjukkan aktivitas sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di 2021.

Selanjutnya, dari segi eksternal menunjukkan bahwa neraca perdagangan yang positif berlanjut di 2020, yaitu pada Oktober sebesar 3,61 miliar dolar AS, sedangkan secara Januari sampai Oktober sebesar 17,07 miliar dolar AS.

"Itu menunjukkan ketahanan sektor eksternal kita dan kita mendorong optimisme dengan cadangan devisa kita 130 miliar dolar AS menunjukkan sektor keuangan kita memiliki resiliensi yang sama," katanya.

Airlangga optimis bahwa 2021 merupakan peluang bagi ekonomi nasional untuk dapat tercipta pemulihan secara penuh karena makin bergeraknya aktivitas pendorong.

"Protokol kesehatan yang terus kita jaga, pemerintah percaya bahwa 2021 ini menjadi tahun pemulihan. Tahun yang memberikan peluang kepada ekonomi nasional agar ekonomi nasional kita bisa bergerak," tuturnya.