Terdakwa Irfan Widyanto Bantah Keterangan Ketua RT Rumah Ferdy Sambo yang Sebut DVR CCTV Diganti Orang Tak Dikenal   
Rumah Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan/DOK ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Terdakwa kasus obstruction of justice AKP Irfan Widyanto membantah kesaksian ketua RT Kompleks Duren Tiga, Seno yang menyebut DVR CCTV diganti orang tak dikenal.

Menurutnya, saat rampung mengganti DVR CCTV, Irfan sudah meninggalkan nama dan nomor telepon. Bahkan, ihwal iti sudah diakui Marzuki dan Zapar.

“Saya meninggalkan nama, pangkat, serta nomor telepon. Keberatan saya bahwa, keterangan daei Pak RT ini menyatakan bajwa CCTV diganti oleh orang tak dikenal,” ujar Irfan dalam persidanga di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 24 November.

Saat majelis hakim menanyakan apakah terdakwa mengenalkan diri sebagai anggota polisi, Irfan langsung mengamininya.

Saat hendak pergi dari lokasi, Irfan memperkenalkan diri sebagai polisi yang bertugas di Bareskrim Polri.

“Meninggalkan nama, nomor HP, akui dari polisi nggak?” tanya hakim.

“Siap dari Bareskrim,” kata Irfan.

Sebelumnya, saksi Seno Sukarto dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) menyebut kamera CCTV yang terpasang di pos keamanan diganti tanpa izin oleh orang tak dikenal.

Kesaksian itu berawal saat Seno menyatakan mengetahui adanya peristiwa penembakan di rumah dinas Ferdy Sambo saat membaca berita pada Senin, 11 Juli.

Sebab, di hari Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J tewas, tak ada satupun laporan yang diterimanya.

"Pada hari Senin setelah saya tahu bahwa ada penembakan terjadi di Kompleks Duren Tiga melalui berita dari media," ujar Seno dalam BAP-nya.

Seno lantas memutuskan menghubungi Marzuki dan Japar yang bertugas jaga pada 8 dan 9 Juli. Tujuannya, menanyakan peristiwa yang sebenarnya.

Dari kedua orang itulah Seno mengatahui adanya penggantian DVR CCTV oleh orang tak dikenal.

"Saudara Marzuki dan Japar menjelaskan sekilas bahwa DVR CCTV diganti oleh orang tidak dikenal pada tanggal 9 Juli 2002," ungkap Seno

Bahka, dua hari berselang, Seno kembali menanyakan kepada Marzuki dan Japar soal penggantian DVR CCTV. Dari mereka, diketahui bila polisi yang menggantinya.

"Menjelaskan bahwa pada 9 Juli 2002 ada sekitar tiga sampai lima orang yang datang mengaku sebagai anggota polisi ke pos pengamanan kompleks tapi tidak beri tahu di mana bertugas dan tidak berikan nama, lalu mereka mengganti DVR CCTV yang ada dengan yang baru," kata Seno.