Bagikan:

JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap anggota Himpunan Pengusaha Indonesia (HIPMI) dapat mencontoh budaya Nahdlatul Ulama (NU) saat melakukan kongres. Meski awalnya memanas namun harus berujung adem, menjaga keakraban.

"Saya harap apa yang terjadi (di Munas XVII HIPMI) kemarin itu seperti budaya di NU. Di NU itu, biasanya itu kalau mau kongres biasanya geger-an (gempar), tetapi kalau sudah selesai ger-geran (terbahak-bahak). Artinya kan sebelumnya bolehlah dia (ribut), tetapi nanti habis itu selesai wassalam," kata Ma'ruf Amin di Pontianak, Kalimantan Barat, dikutip dari Antara, Rabu, 23 November. 

Respons ini diberikan Ma'ruf menyusul penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) XVII HIPMI di Surakarta, Jawa Tengah, pada Senin, 21 November lalu diwarnai kisruh antaranggota.

Dalam video yang tersebar di media sosial, tampak sejumlah pria berpakaian batik peserta Munas XVII HIPMI berkumpul di ruangan bertuliskan Munas XVII menyoraki aksi saling pukul antara dua orang yang juga mengenakan batik HIPMI. Jual beli pukulan dan tendangan terjadi dalam video viral tersebut.

Beberapa peserta yang lain ikut saling melemparkan perlengkapan katering munas tersebut. Sebagian orang lain pun tampak berusaha melerai pihak-pihak yang berkelahi. 

"Saya kira memang ini kan HIPMI itu kan pengusaha muda, itu darah muda, itu kadang-kadang seperti itu ya, kurang terkendali," kata Ma'ruf.

Dalam pembukaan Munas XVII HIPMI di Hotel Alila Surakarta itu, Presiden Joko Widodo yang hadir sempat menyampaikan pesan agar semua pihak, khususnya anggota HIPMI, menjaga situasi politik tetap kondusif. "Situasi politik itu tetap adem kalau bisa, kalau nggak bisa paling banter ya anget, tapi jangan panas," kata Jokowi saat itu.

Ma'ruf Amin pun menanggapi pesan Jokowi itu belum terlalu mengena di kalangan anggota HIPMI. "Itu sudah diperingatkan oleh Presiden, apalagi kalau tidak diperingatkan, masih diperingatkan saja masih (berkelahi)," kata Ma'ruf Amin.

Dia pun berharap agar para anggota senior HIPMI terus memberikan edukasi kepada para junior untuk bisa mengendalikan diri.

"Apalagi mereka kan calon pemimpin. Saya harapkan tidak berbuntut ya, kalau berbuntut itu yang bahaya. Tetap saya mengharap mereka bisa mengendalikan diri, sebagai calon pemimpin ya dan pengusaha yang tentu punya peran besar di masyarakat untuk bisa mengendalikan diri," jelasnya.

Wapres menyebut perbedaan itu pasti ada dan biasa saja, sehingga diperlukan sikap untuk merespons perbedaan.

"Perbedaan itu pasti ada, biasa kita dalam hidup kalau tidak ada perbedaan itu namanya itu tidak memiliki inisiatif dan kreativitas; tetapi perbedaan itu harus bisa disalurkan secara lebih terhormat sehingga tidak perlu berlebihan sampai terjadi permusuhan," ujar Ma'ruf Amin.