Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap seorang anak berusia tujuh tahun di Kabupaten Pidie, Aceh, dinyatakan positif polio. Dari hasil penelusuran, ternyata tak ada riwayat imunisasi yang diberikan.

"(Anak itu, red) tidak memiliki riwayat imunisasi dan tidak memiliki riwayat perjalanan atau kontak dengan pelaku perjalanan atau keluar, enggak ada," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Kemenkes RI, Sabtu, 19 November.

Maxi memerinci anak tersebut mulai mengalami sakit pada 6 Oktober lalu. "Ada panas dan flu gejala awalnya," sambungnya.

Setelah itu, gejala onset lumpuh pada tungkai dirasakan anak tersebut pada 9 Oktober. Setelah kejadian ini, Maxi bilang si anak dibawa ke RSUD TCD Sigil pada 18 Oktober.

"Kemudian tanggal 21-22 Oktober dokter anak mencurigai dia polio dan diambil dua spesimen yang dikirim ke provinsi dan ke Jakarta," jelasnya.

Berikutnya, setelah sampel diuji didapati anak tersebut positif polio tipe dua pada 10 November. Pemeriksaan dilakukan dengan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

Maxi memerinci anak itu mengalami kondisi pengecilan di otot paha dan betis. Meski begitu, anak itu kini dalam upaya pemulihan karena dia sudah bisa berjalan walaupun tertatih.

"Cuma memang dia tidak ada obat, dia hanya akan difisioterapi untuk mempertahankan massa ototnya," ujar Maxi.

Dalam kasus ini, Kemenkes menduga perilaku buang air besar sembarangan menjadi penyebab penyebaran polio. Maxi bilang, pihaknya sudah berkunjung ke rumah anak tersebut dan ditemukan limbah dari MCK dibuang langsung ke sungai kecil.

Padahal tinja yang mengandung virus bisa menularkan polio. "Ini kita sudah ambil sample untuk diperiksa, kita tinggal menunggu mungkin satu dua hari sudah keluar sample air di beberapa titik," tegasnya.

"Jadi perilaku buang air besar punya potensi, kemungkinan penularan yang berisiko kami lihat di sini," pungkas Maxi.