Erick Thohir: Kementerian BUMN Ditargetkan Vaksin COVID-19 Mandiri untuk 75 Juta Orang
Tangkap layar, Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana (KPCPEN), Erick Thohir dalam seminar daring di Jakarta, Sabtu 12 Desember (Foto: Aji Cakti/Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi (KPCPEN), Erick Thohir mengungkapkan Kementerian BUMN ditargetkan untuk program vaksin mandiri sebanyak 75 juta orang.

"Untuk kami dari Kementerian BUMN ditargetkan untuk vaksin mandiri sebanyak 75 juta orang. Sedangkan untuk vaksin bantuan pemerintah saya yakin juga angkanya akan sama atau lebih besar namun tentu biar proses tersebut dibicarakan di pihak pemerintah," ujar Erick Thohir dalam seminar daring di Jakarta, dilansir Antara, Sabtu, 12 Desember.

Menurut Erick, pada tahap-tahap berikutnya Indonesia akan menunggu lagi vaksin sebanyak 1,8 juta dosis pada Januari 2021, lalu yang 15 juta lainnya sebagai bahan baku untuk diproduksi di Bio Farma untuk Januari 2021.

Dia berharap, pada Januari 2021 ada yang namanya vaksin bantuan pemerintah dan vaksin mandiri, yang nanti jumlahnya dari Kementerian Kesehatan akan menetapkan berapa komposisi jumlahnya.

"Kalau tugas Kementerian BUMN sudah jelas yakni vaksin mandiri untuk 75 juta orang," kata Menteri BUMN tersebut.

Dari kapasitas vaksinasi, kerjasama BUMN dan swasta mengingat rumah sakit swasta jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan rumah sakit BUMN ditambah juga klinik-klinik, dengan bergotong royong dperkirakan sekitar 13 juta lebih untuk vaksinasi per bulan. Sementara kapasitas cold chain sekitar 10,6 juta.

"Jadi Insyaallah kalau targetnya 75 juta orang untuk vaksinasi mandiri, kira-kira bulan ke-8 atau bulan ke-9 tahun 2021 jika vaksinasi dimulai pada Januari 2021 sudah bisa terlaksana (tercapai)," ujar Erick.

Tapi tentu yang harus dijaga adalah jangan sampai terjadi hal-hal seperti salah suntik, salah kirim dan sebagainya, karena itu program satu data sejak awal dilibatkan. Data BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Dukcapil, Kemenkes dan sebagainya menjadi satu data.

Hal ini penting supaya tidak menimbulkan zona abu-abu atau pasar gelap yang mempermainkan harga vaksin COVID-19. Karena itu pemerintah menekankan pada tahap awal vaksin ini harus terkonsolidasi.