Bagikan:

JAKARTA - Menko Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri BUMN Erick Thohir menjajaki kerja sama dengan Uni Emirat Arab dan Arab Saudi dalam rangka memulihkan perekonomian pasca COVID-19.

Menteri BUMN Erick Tohir mengharapkan kerja sama investasi dan ekonomi dapat terwujud dengan partisipasi UEA dan Arab Saudi di Sovereign Wealth Fund (SWF).

Selain itu, lanjut dia, kerja sama juga terjalin dalam proyek-proyek BUMN antara lain Bank Syariah BUMN, investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, serta ketertarikan Indonesia dalam membangun Rumah Indonesia di Mekah untuk jemaah umroh dan haji.

Menteri Erick dan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan telah menyelesaikan tugas kunjungan kerja ke Abu Dhabi dan Riyadh dimana keduanya bertemu Putera Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA Mohamed Bin Zayed Al Nahyan, Menteri Investasi Arab Saudi Khalid al-Falih, dan Menteri Keuangan Arab Saudi Ibrahim Abdulaziz Al-Assaf.

Menteri BUMN Erick Thohir saat berkunjung ke Arab Saudi. (Foto: Dok. Kementerian BUMN)

Kunjungan ke dua negara sahabat Timur Tengah ini dilakukan untuk mempererat hubungan strategis dan persahabatan di bidang investasi dan ekonomi terutama pada saat pasca COVID-19.

Pada kunjungan itu, Menteri BUMN juga memberikan paparan mengenai transformasi BUMN yang saat ini sudah berjalan dimana jumlah klaster berkurang dari 27 ke 12, pengelolaan perusahaan BUMN yang sesuai tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dan banyak kinerja perusahaan BUMN di bursa saham Indonesia yang diapresiasi oleh market.

"Kemajuan dari transformasi ini sangat diapresiasi oleh Pemerintah UEA dan Arab Saudi," katanya dikutip dari Antara, Kamis 10 Desember.

Sementara itu, Menko Marves Luhut melihat perlunya kerja sama bilateral yang lebih erat antar negara untuk bisa memulihkan perekonomian pasca COVID-19.

Disampaikan, kedatangan vaksin telah memberikan berita baik di bidang perekonomian, namun tanpa kerja sama yang nyata dalam investasi dan ekonomi, pemulihan ekonomi Indonesia tidak akan optimal.