Ibu Hamil Ditolak Sejumlah Rumah Sakit di Sulsel hingga Meninggal, Ini Penjelasan RS Labuang Baji Makassar
ILUSTRASI/VOI

Bagikan:

MAKASSAR- Pihak RS Labuang Baji, Makassar, Sulsel merespons kabar penolakan seorang ibu hamil dari Kabupaten Bulukumba, hingga akhirnya meninggal dunia. 

Dalam 'Laporan Kasus Kebidanan', pihak RS Labuang Baji menjelaskan seorang perempuan berinisial H (24) dari Desa Bontomanai, Bulukumba, Sulsel  masuk rumah sakit di Kota Makassar pada Rabu, 9 Desember.

Saat itu pihak RS menerima telepon dari petugas mengenai ibu hamil yang datang. 

"Pasien riwayat kejang, 1 kali di puskesmas dan 1 kali di perjalanan dalam ambulans," demikian keterangan pihak RS Labuang Baji Makassar melalui juru bicara Pemprov Sulsel, Veronica Moniaga kepada VOI, Jumat, 11 Desember malam.

Dalam laporan tersebut, ibu hamil datang dengan ambulans tanpa dilengkapi lampiran pemeriksaan rapid test dan thoraks untuk identifikasi COVID-19.

"Komunikasi dengan dokter anastesi tentang kondisi pasien dokter mengatakan bahwa ventilator tidak siap," begitu laporan rumah sakit. 

Komunikasi pun dilakukan dengan petugas Neonatal intensive care unit (NICU) mengenai fasilitas terkait pasien.

“(Pihak rumah sakit) menjelaskan ke keluarga pasien tentang keadaan fasilitas rumah sakit dan keluarga pasien mengerti dan menerima untuk diarahkan ke rumah sakit yang terdekat," ujarnya.

Belakangan ibu hamil ini meninggal dunia. Di Sulsel, kabar penolakan rumah sakit atas penanganan ibu hamil ini tersebar di media sosial.

Kerabat menyebut, almarhumah sempat dibawa ke Puskesmas terdekat. Ibu hamil ini lalu dirujuk dibawa ke rumah sakit di Bantaeng lalu ke Jeneponto, Takalar dan rumah sakit Makassar. Rumah sakit yang dimaksud adalah RS Labuang Baji, RS Kartini, RS Ananda, dan RS Pelamonia. Sesampainya di RSUP Wahidin ibu hamil ini  meninggal dunia.

"Dia tidak dirawat, langsung dibawa ke RS. Awalnya ke puskesmas tapi dikirim ke Bantaeng. Katanya sudah penuh jadi dikirim lagi ke Jeneponto, Takalar, Makassar. Di Makassar itu ada 5 yang menolak," ungkap kerabat.

"Saya juga nggak tahu alasannya kenapa di Bantaeng ditolak,” sambungnya.

VOI sudah mencoba menghubungi pihak Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan melalui pesan WhatsApp dan telepon. Tapi belum ada respons.